Strategi Baru Cegah Stunting, Kapanewon Semanu Gunungkidul Luncurkan Program Sekolah Ayah

Sekolah Ayah ini berlokasi di Kalurahan Pacarejo, Semanu, yang saat ini sudah merekrut 26 peserta perdana yang terdiri dari ayah dan calon ayah

Dok.Istimewa
HARI KELUARGA - Peringatan Hari Keluarga Nasional yang digelar di Kapanewon Semanu, pada Rabu (23/7/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Sekolah bukan hanya untuk anak-anak.

Di Kapanewon Semanu, Gunungkidul, para ayah pun kembali duduk di bangku belajar melalui Sekolah Ayah 'Jalu Mituhu'—sebuah terobosan baru untuk memperkuat peran ayah dalam pengasuhan dan percepatan penurunan stunting

Sekolah ini merupakan yang pertama di Gunungkidul bahkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang diresmikan bertepatan dengan peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32, pada Rabu (23/7/2025).

Adapun Sekolah Ayah ini berlokasi di Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu, yang saat ini sudah merekrut 26 peserta perdana yang terdiri dari ayah dan calon ayah. 

Ketua Konsorsium Komunitas Ayah 'Rumah Besar Semanu', Joko Suyanto, mejelaskan program ini merupakan bagian dari program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).

Menurutnya, kehadiran Sekolah Ayah merupakan respons terhadap tingginya fenomena fatherless atau ketidakhadiran peran ayah secara emosional dalam keluarga.

“Kami ingin membentuk ayah yang sadar, terlibat, dan bertanggung jawab, bukan hanya hadir secara fisik,” ujarnya.

Dia mengatakan masalah stunting tidak hanya fokus pada peran ibu saja, tetapi juga peran penting ayah terutama dalam hal mencegahnya.

Baca juga: Tunjangan Profesi Naik, 64 Guru PAI Non ASN Gunungkidul Dapat Tambahan Rp500 ribu

Menurutnya, persoalan stunting tidak saja soal gizi kronis, sanitasi yang buruk, dan pola asuh yang salah di dalam keluarga.

Akan tetapi, juga persoalan bagaimana peran orang tua, baik ibu maupun ayah.

"Adapun, salah satu  peran ayah yang sangat berkolerasi terhadap stunting yakni soal kesehatan ibu dan anak. Seperti, ayah memiliki pengaruh dalam mengambil dan membuat keputusan bagi keluarga," tuturnya.

Dia menerangkan  ayah perlu siaga untuk membantu dan mengingatkan istri yang sedang hamil agar cek kandungan atau mendorong istri untuk membawa anak ke posyandu, menimbang dan mengukur tinggi badan, serta vaksinasi.

"Maka dari itu, peran aktif ayah dalam pengasuhan anak juga dapat membantu memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi keluarga," ucapnya.

Selain program Sekolah Ayah, pihaknya juga  meluncurkan dua program lainnya, yakni Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) dan Program Edukasi Ketahanan Pangan. 

Adapun, Program Genting telah menyasar 155 keluarga berisiko stunting melalui pemberian dua butir telur per hari selama tiga bulan untuk ibu hamil dan balita, perbaikan sanitasi, serta edukasi gizi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

"Sementara itu, program ketahanan pangan mendorong pemanfaatan pekarangan dan lahan sekitar kantor pemerintah untuk penanaman sayuran serta budidaya ikan lele sebagai sumber gizi keluarga" terang dia.

Merespon program ini, Sekretaris Perwakilan BKKBN DIY, Rohdiyana Sumariyati, memberikan apresiasi atas keberanian Pemerintah Kapanewon Semanu dalam menghadirkan inovasi berbasis keluarga.

“Sekolah Ayah ini bisa menjadi role model. Sangat konkret dan berdampak. Ini bukan hanya soal program, tapi tentang membangun fondasi keluarga dari akar,” terangnya.

Senada, Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, juga mengapresiasi pendekatan menyeluruh dalam upaya penurunan stunting dan pembangunan ketahanan keluarga di Kapanewon Semanu.

"Program seperti ini sangat penting karena melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk ayah, yang sering kali terabaikan dalam pengasuhan. Ini langkah strategis dan berkelanjutan,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved