Mengenal Stem Cell, Terapi Regeneratif yang Dikembangkan di RSUP Dr Sardjito

Terapi ini menawarkan harapan baru untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak akibat penyakit, cedera, atau proses penuaan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
dr. Rusdy Ghazali Malueka, PhD., SpS(K), pakar sel punca di RSUP Dr. Sardjito Stem Cell and Regenerative Center 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Terapi stem cell atau sel punca kini menjadi salah satu inovasi medis yang tengah dikembangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Terapi ini menawarkan harapan baru untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak akibat penyakit, cedera, atau proses penuaan.

Menurut dr. Rusdy Ghazali Malueka, PhD., SpS(K), pakar sel punca di RSUP Dr. Sardjito Stem Cell and Regenerative Center, stem cell adalah sel induk yang memiliki kemampuan luar biasa untuk memperbarui diri dan berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh, seperti sel saraf, otot, tulang, hingga kulit.

“Sel punca berfungsi seperti sistem perbaikan alami tubuh. Di pusat kami, potensi ini dimanfaatkan untuk terapi yang bersifat bertarget dan aman,” ungkapnya, Senin (21/7/2025).

Rusdy menjelaskan bahwa stem cell terdiri dari berbagai jenis, tergantung sumber dan fungsinya.

Jenis yang paling dikenal adalah stem cell embrionik, yang berasal dari embrio dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan penelitian karena menyangkut aspek etika, mengingat embrio berpotensi berkembang menjadi individu utuh.

Selain itu, terdapat stem cell dewasa yang berasal dari jaringan tubuh non-embrionik seperti tali pusat, sumsum tulang, lemak, dan darah.

“Di RSUP Sardjito, kami menggunakan stem cell dari tali pusat (Umbilical Cord Derived Mesenchymal Stem Cell), sumsum tulang, serta turunannya seperti sekretom,” jelas Rusdy.

Jenis lainnya adalah induced pluripotent stem cell (iPS), yaitu sel dewasa yang direkayasa di laboratorium agar kembali menjadi pluripoten.

Sama seperti stem cell embrionik, jenis ini saat ini hanya digunakan untuk riset.

Adapun stem cell dari hewan atau tumbuhan tidak boleh digunakan pada manusia karena risiko efek samping yang tinggi.

Ia juga menekankan pentingnya transparansi dalam terapi stem cell.

“Sayangnya, banyak iklan terapi stem cell di luar sana tidak menjelaskan asal dan jenis sel yang digunakan. Padahal, pasien berhak tahu sebelum memutuskan menjalani terapi,” tegasnya.

Baca juga: USD Jogja Gelar Kompetisi S.E.E.D. Indonesia 2025, Kolaborasi Dorong Inovasi Berkelanjutan

Terapi stem cell telah diteliti untuk mengobati berbagai penyakit, seperti osteoarthritis, diabetes tipe 2, Parkinson, serta gangguan pada sistem saraf dan tulang belakang, termasuk stroke dan cedera medula spinalis.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved