Dosen Fisip UAJY Terima Hibah Kerjasama Internasional dari University Of Huddersfield UK

Tim tersebut beranggotakan Prof. Gregoria Arum Yudarwati, S.I.P., M.Mktg. Comm., Ph.D dan Pupung Arifin, S.Sos., M.Si.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
ist
DANA HIBAH : Tim Dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Atma Jaya Yogyakarta berhasil menerima dana Hibah Kerjasama Internasional dari University of Huddersfield, United Kingdom. Tim tersebut beranggotakan Prof. Gregoria Arum Yudarwati, S.I.P., M.Mktg. Comm., Ph.D dan Pupung Arifin, S.Sos., M.Si. 

TRIBUNJOGJA.COM - Tim Dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Atma Jaya Yogyakarta berhasil menerima dana Hibah Kerjasama Internasional dari University of Huddersfield, United Kingdom.

Tim tersebut beranggotakan Prof. Gregoria Arum Yudarwati, S.I.P., M.Mktg. Comm., Ph.D dan Pupung Arifin, S.Sos., M.Si.

Tim mengikuti program “The University of Huddersfield Policy Support Fund” dengan dimentori oleh Prof. Emeritus Anne Gregory dari University of Huddersfield, UK yang sudah menjalin kerja sama dengan Universitas Atma Jaya Yogyakarta sejak 2016.

Kolaborasi ini melibatkan tim dari The University of Huddersfield, UK  serta kolaborator dari Indonesia, yaitu IRGSC (The Institute of Resource Governance and Social Change Indonesia) dan komunitas lokal Solidaritas Perempuan dan Anak (SOPAN) yang berbasis di Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Melalui kemitraan strategis ini, tim UAJY melihat peluang besar untuk berpartisipasi dalam program hibah yang mendukung penelitian dan kebijakan publik terkait isu keberlanjutan.

“Ada pusat studi tentang keberlanjutan di University of Huddersfield, kemudian kita banyak berdiskusi hingga ada peluang hibah ini,” ujar Arum.

Penelitian yang dilakukan berjudul “Her Land, Her Voice: Co-Creating Inclusive Climate Policies and Capacity Pathways with Indigenous Women in East Sumba, Indonesia”.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Cuaca Dingin di Indonesia Termasuk Jogja, Ada 3 Faktor Penyebab, Bukan Aphelion

Topik ini diangkat berdasarkan hasil riset sebelumnya terkait kebijakan pemerintah dan isu sosial dalam upaya menghadapi perubahan iklim.

Ide riset dimulai karena inisiasi pemerintah yang membuat program Sumba Iconic Island berbasis energi terbarukan.

Selain itu, tim juga melihat adanya faktor budaya yang berdampak pada ketimpangan gender di masyarakat Sumba. 

Ketimpangan terjadi karena adat dan kasta yang mengharuskan perempuan bekerja di dalam dan di luar tempat tinggal.

“Ditambah lagi karena adanya perubahan iklim ini, semakin membuat perempuan di sana berada pada posisi yang lemah karena kondisi lingkungan kerja yang semakin tidak bersahabat,” ujar Pupung.

Program ini akan berlangsung selama 6 hingga 8 bulan, dengan fokus pada kebijakan pemerintah daerah terkait perubahan iklim yang inklusif dengan melibatkan dan mendengarkan perempuan.

“Diharapkan melalui riset pendek ini kita dapat menemukan problematika yang lebih dalam, sehingga untuk menjadi dasar kita melanjutkan riset berikutnya,” ujar Arum

Program penelitian ini juga menyelipkan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu SDGs 5 Gender Equality, SDGs 7 Affordable and Clean Energy, dan SDGs 13 Climate Action, yang selaras dengan semangat Laudato Si’ yang menekankan keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved