Megahnya Jembatan Pandansimo Penghubung Bantul-Kulon Progo, Dilengkapi Teknologi hingga Pedestrian
Selain megah, jembatan yang digadang-gadang bakal menjadi yang terpanjang di DIY inipun dilengkapi sederet teknologi yang terbilang canggih.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Jembatan Pandansimo yang menghubungkan Kabupaten Bantul dan Kulon Progo telah berdiri megah.
Progres pembangunannya pun sampai saat ini dikalim sudah lebih dari 90 persen.
Selain megah, jembatan yang digadang-gadang bakal menjadi yang terpanjang di DIY inipun dilengkapi sederet teknologi yang terbilang canggih.
"Jembatan ini dibangun sekitar 18 bulan dengan menggunakan teknologi. Teknologi yang kami pakai berupa Corrugated Steel Plate (CSP). Jadi CSP itu adalah lengkung baja gelombang yang kita pakai disini sekitar 27 span, diameter yang bermacam-macam," papar Pengawas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 DIY, Vederieq Yahya.
Kemudian, terdapat Lead Rubber Bearing (LRB) atau bantalan karet sebagai peredam apabila terjadi gempa dan likuifaksi.
LRB itu dapat menyerap energi gempa dan mengurangi gaya yang diteruskan ke struktur jembatan, sehingga dapat mengurangi deformasi dan risiko kegagalan struktural, serta memperpanjang umur struktur.
"Kalau ini (LRB Jembatan Pandansimo) kita belum ada (alat ukur tahan gempa berapa skala richter). Itu kan ranahnya perencanaan ya. Tapi intinya jembatan ini sudah bisa untuk meredam gempa dan likuifaksi," tuturnya.
Selanjutnya, jembatan itu dilengkapi dengan teknologi Mechanically Stabilized Earth Wall (MSE Wall) sebagai dinding penahan tanah pada area jalan pendekat untuk mengatasi adanya keterbatasan lahan.
Baca juga: Proyek Jembatan Pandansimo Hampir Rampung, Dilengkapi Rancangan Anti Gempa
Proses pemasangan MSE Wall dinilai lebih cepat dengan system modular, serta lebih ringan, fleksibel terhadap pergerakan tanah, dan lebih tahan terhadap gempa disbanding dinding beton konvensional.
Tidak hanya itu, jembatan sepanjang 2,3 kilometer dan lebar 24 meter ini menggunakan teknologi mortar busa yang bermanfaat sebagai material pengisi ringan untuk mengurangi beban struktur, mempercepat kontruksi, mengurangi tekanan tanah, dan dapat menyerap energi getaran akibat gempa atau sejenisnya.
"Selain ada empat teknologi itu, jembatan ini juga dilengkapi dengan tiga plaza. Nah, sekarang, kita ini berdiri di plaza B. Kalau dari ST awal atau dari arah Kulon Progo itu ada plaza A, kemudian plaza B dan ujung itu plaza C. Harapannya, di tempat-tempat ini (tiga plaza) teman-teman atau masyarakat bisa menggunakannya untuk area terbuka, tapi khusus pejalan kaki," jelasnya.
Jembatan yang dibangun dengan anggaran pendapatan dan belanja negara senilai Rp863,729 miliar itu dipasang CCTV dan pengeras suara untuk memantau aktivitas masyarakat.
Sebab, lokasi itu tidak boleh ada penjual atau pengemudi yang berhenti di bahu-bahu jalan.
Apabila kedapatan, maka akan diberikan peringatan melalui pengeras suara tersebut.
"Nanti kita ada penjagaan baik dari CCTV maupun penjaga kita ada untuk yang mengawasi. Ketika ketangkap, tentu diberikan peringatan. Kita ada beberapa (pengeras suara) yang dipasang di beberapa titik. Dan pedestrian Jembatan Pandansimo diciptakan untuk jalan kaki. Jadi sepanjang pedestarian dari ujung ST awal sampai ujung akhir bisa dilewati," jelasnya.
Warga Kopat Kulon Progo Gelar Lomba Membuat Penjor, Meriahkan Momen HUT ke-80 RI |
![]() |
---|
Arti Bendera Jolly Roger One Piece Bagi Nelayan Pantai Congot Kulon Progo |
![]() |
---|
Nelayan Kulon Progo Tak Melaut Berburu Ikan Tongkol Dampak Siklon 905 |
![]() |
---|
Laka Maut Pengasih Kulon Progo, Pemotor dari Arah Jogja Jadi Korban Tabrak Lari |
![]() |
---|
3 Kabupaten Penghasil Sirsak Terbanyak di DIY, Ada Gunungkidul |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.