Kopi Yellow Caturra Ini Langka, Rasa dan Aromanya Istimewa 

Yellow Caturra adalah varietas kopi Arabika yang dikenal karena buahnya yang berwarna kuning saat matang.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga
PANEN :Mujiyanto, petani sayur dan kopi di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah memetik buah segar kopi Yellow Caturra di kebunnya yang terletak di tepi jalan tembus Boyolali-Magelang di antara Gunung Merapi-Merbabu akhir pekan lalu. Muji mengembangjkan jenis kopi Arabika kuning ini sejak 2019 dan sudah panen hasilnya sejak tiga tahun lalu. 


Walau belum memiliki banyak tanaman, ada sekitar 80 sampai 90 pohon, dan belum semua produksi, produksinya sudah nyata. 


“Tahun 2024 saya bisa panen 160 kilogram buah atau chery kopi Yellow Caturra,” ungkapnya sembari menyebutkan harga jualnya yang menjanjikan setelah diproses.


“Tentu ada harga ada rasa,” kata Muji sembari tersenyum menyebutkan harga jual Yellow Caturra Wine atau hasil fermentasi yang sangat aduhai. 


Bagi Mujiyanto, menanam kopi Yellow Caturra dan kopi Arabika biasa di Wilayah Selo memiliki misi historis kultural.


“Kopi selama ini di Indonesia atau di Boyolali kerap dianggap tanaman warisan colonial. 


Karena itu dengan kita menanam ini, pemahaman anak cucu kita akan berubah,” ujarnya.


“Mereka pada waktunya akan paham, oh ini adalah tanaman warisan simbah atau leluhur, bukan peninggalan kolonial,” jelas Muji yang punya nama di medsos Mujizat Merapi ini. 


Budidaya tanaman kopi Arabika Yellow Caturra di Lembah Merapi-Merbabu menurutnya tidak susah. 


Tidak ada treatment khusus, dan cara pemeliharaan yang sulit. Ia mencontohkan pohon kopi ditanamnya di pinggiran kebun atau tengah lahan, tumpangsari dengan sayur mayur.


Di kebunnya, kopi Yellow Caturra berbagi lahan dengan tanaman wortel, brokoli, kentang, dan kadang cabai serta tomat.


Menurut Mujiyanto, para petani umumnya khawatir, menanam banyak pohon kopi akan mengurangi lahan sayur mayur, yang artinya akan berdampak pada pendapatan.


“Memang benar, satu pohon kopi jika tumbuh sempurna subur, akan memakan area yang seharusnya bisa menghasilkan sayur mayur,” katanya. 


“Tetapi ketika pada saatnya besar dan kopinya menghasilkan, hasilnya seimbang dengan berkurangnya lahan sayur. Bahkan malah bisa lebih besar jika kumulatif,” lanjut Muji. 


Prospek Menjanjikan 


Ini menurut Muji adalah kalkulasi jangka panjang. Prospek kopi di masa depan tetap menjanjikan melihat trend nasional maupun global. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved