Human Interest Story

Cerita Pemilik Usaha Anggrek di Bantul, Berawal dari Hobi Hingga Jadi Lahan Pundi-pundi Rupiah

Sampai saat ini ada banyak konsumen dari berbagai daerah yang membeli produk anggrek milik orang asli Klaten, Jawa Tengah ini. 

|
TRIBUNJOGJA.COM / Neti Istimewa Rukmana
TANAMAN ANGGREK - Sri Widyastuti (52), pemilik Widy Orchid, sedang merawat tanaman Anggrek di tempat usahanya di Mriyan, Kalurahan Donotirto, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul, Jumat (30/5/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Hamparan warna-warni bunga anggrek terlihat jelas dari halaman Widy Orchid yang berlokasi di Mriyan, Kalurahan Donotirto, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul.

Sri Widyastuti (52), pemilik Widy Orchid, menceritakan dahulu ia memiliki hobi untuk merawat bunga, terutama pada tanaman bunga anggrek saat masih bekerja di Timika, Papua Tengah.

Namun, sempat mengalami kendala dikarenakan tidak tahu cara merawat tanaman tersebut.

"Setelah itu, saya pensiun dini. Terus, saya belajar anggrek di Semarang, Jawa Tengah dan praktIk langsung. Jadi, belajar sambil praktIk," katanya, Jumat (30/5/2025).

Kemudian, pada tahun 2018 ia memberanikan diri untuk menekuni usaha itu dan meraup pundi-pundi rupiah.

Bahkan, ia dibantu suaminya mengelola sosiAl media, termasuk Youtube, Instagram, Facebook dan TikTok untuk memasarkan produk anggrek Widy Orchid.

Hasilnya, sampai saat ini ada banyak konsumen dari berbagai daerah yang membeli produk anggrek milik orang asli Klaten, Jawa Tengah ini. 

Rata-rata pembelinya berasal dari Bandung, Malang, Surabaya, hingga Bali.

"Sebenarnya saya mau memasarkan ke luar negeri juga. Tapi, saya belum tahu caranya. Apalagi kan jual tanaman ke luar negeri itu harus ada syarat-syaratnya. Enggak bisa asal-asalan," ucapnya.

Baca juga: Satu Mesin ATM di Bantul Terbakar, Diduga Karena Korsleting Listrik

Kemudian, untuk proses pengiriman keluar kota sejauh ini tidak ada masalah.

Pasalnya, tanaman dilakukan proses pengemasan sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat selamat sampai tujuan.

Adapun harga jual produk tersebut mulai dari Rp20 ribu sampai jutaan rupiah.

Harga itu tergantung identitas dan kelangkaan tanaman.

Sebagai contoh, untuk bibit anggrek diberi harga Rp20 ribu.

Lalu, untuk satu rumpun anggrek capung jawa dengan tinggi sekitar dua meter dibanderol harga Rp17 juta.

"Kalau omzet ya enggak menentu ya. Kadang naik, kadang turun. Tapi, ya kadang bisa lah sampai Rp50 juta per bulan. Itu omzet kotor ya, nanti diputar untuk operasional kebun anggrek sama bayar karyawan," tutur Widy yang merupakan pensiunan analis kesehatan.

Meski begitu, Widy menyebut bahwa pasar tanaman anggrek tak pernah surut. Bahkan, harga jualnya juga terus merangkak naik.

Pasalnya, di Tanah Air masih jarang orang yang melakukan budidaya tanaman anggrek.

Bahkan, untuk perawatan anggrek sendiri,  kata Widy memerlukan beberapa metode.

Sebagai contoh untuk proses pemberian pupuk dilakukan dua kali dalam seminggu. Lalu, media tanam tidak boleh kering.

"Jadi, kalau media tanam masih dalam keadaan basah, tidak akan disiram air. Tapi, kalau kering ya disiram air. Terus tanaman anggarek ini nanti dikasih fungisida jamur dan insektisida untuk hama," jelasnya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved