Pelepasan Burung Perkutut Warnai Peringatan Kenaikan Yesus Kristus di GKJ Gondokusuman Yogyakarta

Ibadah yang digelar dalam dua sesi ini diakhiri dengan prosesi pelepasan burung perkutut sebagai bagian dari simbolisasi rohani.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
PERKUTUT - Pelepasan burung perkutut mewarnai peringatan Kenaikan Yesus Kristus di GKJ Gondokusuman, Yogyakarta, Kamis (29/5/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Lebih dari 2.000 jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman mengikuti ibadah Kenaikan Yesus Kristus pada Kamis (29/5/2025).

Ibadah yang digelar dalam dua sesi ini diakhiri dengan prosesi pelepasan burung perkutut sebagai bagian dari simbolisasi rohani.

Pendeta GKJ Gondokusuman, Seno Adhi Noegroho, menjelaskan bahwa pelepasan burung menjadi lambang peristiwa Yesus naik ke surga dan panggilan bagi umat untuk melanjutkan tugas pewartaan.

“Ketika Yesus terangkat ke surga, para murid menatap ke langit hingga Ia hilang di balik awan. Dengan melihat burung-burung terbang, jemaat diajak merasakan suasana itu, sekaligus diingatkan bahwa mereka pun diutus untuk memberitakan kabar baik,” ujar Pendeta Seno.

Ia menambahkan bahwa jumlah burung yang dilepaskan cukup banyak, melambangkan bahwa misi pewartaan kabar keselamatan bersifat universal dan menjadi tanggung jawab semua umat.

Sebanyak 24 ekor burung perkutut dilepaskan dalam ibadah kali ini.

Ketua panitia, Joko Pamungkas, menyebutkan bahwa ini adalah kali pertama GKJ Gondokusuman melaksanakan prosesi pelepasan burung dalam peringatan Kenaikan Yesus.

“Kalau dulu kita pernah melepas balon atau burung pipit, tahun ini kita pilih burung perkutut. Ini sejalan dengan gerakan melepas burung perkutut di berbagai tempat di DIY, sebagai bagian dari konservasi. Sekarang sudah mulai banyak kutut liar di sekitar rumah warga,” jelas Joko.

Baca juga: Gereja Kristus Raja Baciro Persembahkan Video Musik Rohani Sengsaramu, O Yesus

Pemilihan burung perkutut juga mendukung upaya pelestarian fauna lokal yang pernah digalakkan oleh pemerintah daerah.

Ibadah pagi dilaksanakan dalam Bahasa Indonesia pada pukul 07.00 WIB, sementara sesi kedua menggunakan Bahasa Jawa pukul 09.30 WIB.

Dalam sesi kedua, hadir pula tamu dari GKJ Gondang, Sragen, yang tengah melakukan kunjungan balasan dan wisata rohani di Yogyakarta.

Pendeta Dwi Agus Chayono dari GKJ Gondang menyatakan rasa harunya bisa kembali hadir di GKJ Gondokusuman, tempat ia pernah aktif sebagai ketua komisi anak pada akhir 1990-an.

“Ada suasana nostalgia. Bangunannya masih khas, umatnya juga masih kuat dengan budaya Jawa. Iman kami juga disegarkan,” katanya.

Terkait prosesi pelepasan burung, Dwi Agus menyebut simbolisasinya serupa dengan tradisi di tempatnya, meski menggunakan media yang berbeda.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved