Pemasangan Tangga Berjalan Naik Candi Borobudur Presiden Prabowo dan Emmanuel Macron

Rencana kunjungan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Candi Borobudur

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja/Yuwantoro Winduajie
PENUTUPAN CANDI BOROBUDUR : Pengunjung berfoto di area Marga Utama Candi Borobudur. Wisatawan tidak bisa naik ke pelataran karena akses masuk ditutup pagar, Senin (26/5/2025) 

Langkah tersebut dikhawatirkan dapat mengancam status Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia UNESCO.

Seorang arkeolog sekaligus epigraf lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), Goenawan Agoeng Sambodo sempat mengungkapkan keresahannya melalui unggahan di media sosial Facebook. 

Ia membagikan foto dan video yang memperlihatkan adanya sejumlah pelat besi dan papan kayu yang telah dipasang di area candi.

Goenawan menyebut bahwa foto dan video tersebut ia terima dari pihak lain. 

Pemasangan material itu diduga menjadi bagian dari proyek pembangunan lift di kawasan candi.

Ia mengatakan, unggahan tersebut bertujuan untuk mengingatkan publik akan pentingnya menjaga prinsip pelestarian cagar budaya.
Dia kemudian menyinggung pro dan kontra terkait wacana pemasangan catra di atas Candi Borobudur pada 2024 lalu.

Rencana pemasangan catra itu pun dibatalkan.

Sayangnya, respons serupa tidak tampak ketika wacana pemasangan lift di Candi Borobudur mencuat ke publik.

"Kenapa saya masang (posting) seperti itu karena ketika beberapa saat yang lalu kan ada ramai-ramai soal pemasangan catra. Itu banyak pihak baik yang pro dan kontra. Yang kontra itu ada beberapa teman dari Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, mereka bersuara cukup lantang tentang hal itu. Lah kok sampai sekarang ada isu, bahkan videonya pemasangan itu ada tapi kok diam saja," ucapnya saat dihubungi, Senin (26/5/2025).

Menurutnya, pelestarian warisan budaya harus mengacu pada regulasi yang berlaku dan memperhatikan rekomendasi dari lembaga berwenang seperti UNESCO.

Apalagi Candi Borobudur memiliki status sebagai situs warisan dunia.

"Secara aturan lah misalnya, itu kan sudah ada aturan. Rekomendasi itu udah ada rekomendasi yang nanti ujung-ujungnya berpotensi mencabutkan status cagar budaya. Dulu kasus pemasangan catra itu kan seperti itu," lanjutnya.

Goenawan mengaku heran dengan minimnya respons dari kalangan profesional dan asosiasi terkait dugaan pemasangan eskalator tersebut. 

Ia menyatakan bahwa dirinya menulis unggahan sebagai peneliti independen, bukan mewakili lembaga.

"Di dalam intern itu kok kesannya tidak ada gerakan, entah menolak, entah setuju atau apa," pungkas Gunawan yang juga anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved