100 Hari 100 Perubahan, Capaian Nyata dan Semangat Berbenah Pemkot Yogyakarta
Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar Festival “Quick Wins 100 Hari, 100 Perubahan”
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar Festival “Quick Wins 100 Hari, 100 Perubahan” sebagai ajang ekspos publik atas capaian program 100 hari kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan. Festival ini digelar pada Sabtu malam, 24 Mei 2025, di Grha Budaya Embung Giwangan Lantai 2, menampilkan pameran capaian organisasi perangkat daerah (OPD) serta pertunjukan budaya yang menggambarkan semangat perubahan yang diusung pemerintah daerah.
Festival tersebut menjadi momen refleksi sekaligus perayaan atas kerja cepat, konkret, dan berdampak dari 46 OPD, badan usaha milik daerah (BUMD), serta kemantren se-Kota Yogyakarta selama 100 hari pertama masa jabatan kepala daerah.
Kegiatan diawali dengan pentas seni jathilan pada pukul 16.00, dilanjutkan pembukaan resmi pameran pada pukul 19.00, serta dimulainya festival pada pukul 20.00. Festival ditutup dengan pagelaran wayang kulit oleh dalang Ki Anom Sucondro, yang berlangsung hingga pukul 24.00.
Rangkaian kegiatan ini tidak hanya menampilkan capaian program dan inovasi dari berbagai dinas, tetapi juga menggandeng masyarakat dengan penyajian 1.300 porsi nasi angkringan dan 1.000 gorengan gratis dalam Festival Angkringan.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menegaskan bahwa semangat perubahan harus terus dijaga dan dikawal setelah program 100 hari kerja usai. Ia menyatakan, quick win bukan semata pencitraan atau gebrakan sesaat, melainkan bagian dari transformasi tata kelola pemerintahan menuju sistem yang lebih baik dan responsif.
“100 perubahan di 100 hari kerja pertama ini spirit yang bagus. Ada semangat untuk berubah, dari yang lambat jadi cepat. Tapi semangat ini harus dijaga. Saya akan pantau terus, sampai enam bulan, sampai setahun ke depan. Supaya perubahan ini benar-benar jalan, bukan hanya berhenti di 100 hari,” ujar Hasto.
Ia mencontohkan beberapa program quick win yang dinilainya memiliki dampak nyata dan potensial untuk dilanjutkan. Misalnya, komitmen Inspektorat Kota Yogyakarta menjadikan seluruh OPD sebagai zona integritas, bebas korupsi, dan berorientasi layanan publik. Di sektor pertanian, Dinas Pertanian dan Pangan menggagas pelatihan bagi petani milenial.
“Kalau dulu berat sekali mulai. Tapi kalau dipaksa dengan quick win, ternyata bisa,” ujar Hasto.
Selain itu, pembenahan sistem pelayanan publik juga menjadi sorotan. Hasto menyinggung kecepatan layanan Dukcapil yang kini bisa memproses dokumen dalam waktu sehari.
Dalam acara tersebut, Pemkot juga memamerkan 163 program quick win yang telah dijalankan. Dewan juri yang terdiri dari kalangan akademisi dan tokoh masyarakat melakukan penilaian dan memilih 15 program terbaik, terdiri dari 10 program tingkat OPD dan 5 dari tingkat kemantren. Program-program tersebut dinilai paling berdampak dan aplikatif.
Dalam Festival "Quick Wins 100 Hari, 100 Perubahan", Pemerintah Kota Yogyakarta juga mengumumkan 15 program unggulan yang dinilai paling berdampak. Dari tingkat organisasi perangkat daerah (OPD), sepuluh perubahan yang masuk kategori terbaik antara lain: Call Center Layanan Wisata 24 Jam dari Dinas Pariwisata, yang memberikan informasi wisata secara cepat dan mudah bagi wisatawan; program Lumbung Pangan Gratis bagi keluarga miskin yang digagas Dinas Pertanian dan Pangan sebagai bentuk perlindungan sosial; dan Pasar Online Beringharjo dari Dinas Perdagangan yang mendigitalisasi aktivitas perdagangan pasar tradisional. Dinas Lingkungan Hidup turut menyumbang perubahan melalui Transformasi Depo Sampah untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah, sementara Sekretariat Daerah menghadirkan inovasi Open House Rutin setiap Rabu Pagi sebagai sarana komunikasi langsung antara pejabat dan warga.
Selain itu, Dinas Kesehatan mencetuskan kebijakan inovatif dengan menjadikan Kartu Keluarga sebagai Jaminan Kesehatan guna mempermudah akses layanan, dan Bappeda menginisiasi Perencanaan Kampung Tematik sebagai strategi pembangunan berbasis komunitas.
Di sektor ekonomi kreatif, Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM meluncurkan Motif Batik Segoro Amarto sebagai simbol baru identitas lokal. Di bidang perlindungan perempuan dan anak, DP3AP2KB menggelar Sekolah Perempuan Penyintas Kekerasan, sementara Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah memperkenalkan sistem Virtual Account untuk pembayaran pajak daerah yang lebih efisien dan transparan.
Dari tingkat kemantren, lima perubahan terbaik yang diapresiasi adalah: Pusat Pengelolaan Sampah Mandiri di Kemantren Jetis; Kunjungan ke Asrama Daerah sebagai upaya pencegahan konflik di Kemantren Gondokusuman; program Bedah Rumah Berbasis Gotong Royong di Kemantren Pakualaman; inisiatif Program Jemput Bola Lansia oleh Kemantren Danurejan; serta Hotline Pengaduan Harga Warung yang dicanangkan oleh Kemantren Gedongtengen.
Sebagai bagian dari rangkaian penghargaan, Pemkot Yogyakarta juga mengumumkan pemenang Lomba Kebersihan Wilayah Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2025, yang sebelumnya telah diikuti oleh 14 kelurahan dari seluruh kemantren. Kelurahan Gunungketur dari Kemantren Pakualaman meraih Juara I dengan skor 1.129, disusul Kelurahan Rejowinangun dari Kemantren Kotagede sebagai Juara II dengan skor 1.121, dan Kelurahan Ngampilan dari Kemantren Ngampilan sebagai Juara III dengan skor 1.120. Adapun posisi Harapan I diraih Kelurahan Giwangan dari Kemantren Umbulharjo (skor 1.117), Harapan II oleh Kelurahan Patehan dari Kemantren Keraton (skor 1.116), dan Harapan III oleh Kelurahan Bumijo dari Kemantren Jetis (skor 1.109).
Festival juga menghadirkan unsur internasional. Salah satunya adalah pembukaan selubung sculpture karya seniman Jerman, Fransiska Antroposen Fennert, serta sesi video call interaktif dengan Dr. Holger Birkholz, kurator dan konservator dari State Collection Saxony, Museum Albertinum, Dresden, Jerman.
Hasto berharap seluruh kerja keras OPD, BUMD, dan kemantren bisa menjadi pondasi pelayanan publik yang lebih baik ke depan. Ia juga berharap program-program ini tidak berhenti di momentum 100 hari, melainkan menjadi sistem baru dalam tata kelola pemerintahan.
“Ini seperti mobil yang mulai berputar rodanya. Dulu mungkin berhenti. Sekarang sudah mulai bergerak. Saya dan Pak Wawan mohon doa, mudah-mudahan bisa menjadi pelayan terbaik untuk warga Yogyakarta,” ucapnya. (han)
Dishub Kota Yogyakarta Telusuri Parkir Ilegal Bermodal Sobekan Kertas di Malioboro |
![]() |
---|
Sikapi Lonjakan Kasus Leptospirosis, Pemkot Yogyakarta Bahas Potensi KLB |
![]() |
---|
Warga Batak di Jogja Merayakan Keberagaman Lewat Pawai Budaya, Ini Pesan Wali Kota Hasto Wardoyo |
![]() |
---|
Tekan Stunting, Pemkot Yogyakarta Gandeng Korporasi Gulirkan Program Orang Tua Asuh |
![]() |
---|
Pemkot Yogyakarta Siapkan Jurus 'Mas Jos' untuk Tekan Produksi Sampah Harian |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.