Lestarikan Budaya Jawa, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Jalani Prosesi Ruwatan

Pprosesi adat ini dilakukan bertujuan untuk upaya melestarikan budaya Jawa dan memohon keselamatan bagi pemerintahan dan masyarakat

Dok.Istimewa
RUWATAN - Bupati Gunungkidul, Endah Subekti, saat menjalani prosesi Ruwatan, pada Sabtu (10/5/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, menjalani prosesi ruwatan dalam sebuah pagelaran wayang ruwat yang digelar di Bangsal Sewokoprojo oleh Ki Dalang Simun, pada Sabtu (10/5/2025)

Dia menuturkan prosesi adat ini dilakukan bertujuan untuk upaya melestarikan budaya Jawa dan memohon keselamatan bagi pemerintahan serta masyarakat.

"Ruwatan adalah bagian dari tradisi luhur Jawa yang bertujuan untuk membebaskan seseorang atau wilayah dari kesialan, malapetaka, dan unsur buruk lainnya," ujarnya. 

Dia melanjutkan Wayang ruwat adalah doa yang dikemas dalam tontonan dan tuntunan.

Tradisi ini telah lama dipercaya masyarakat sebagai cara membersihkan diri dari sukerta atau kesialan. 

Baca juga: Jumat Bersih di Pasar Argosari, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Minta Pilah Sampah

Lebih lanjut, Bupati menyampaikan bahwa ruwatan kali ini bukan hanya dilakukan untuk pribadi, tetapi ditujukan untuk seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul.

"Jadi ruwatannya atas nama Bupati Gunungkidul, meruwat sukerto untuk bisa memimpin Gunungkidul dengan jujur,arif adil bijaksana dan seluruh perangkat daerah diberikan keselamatan dalam memimpin hingga akhir masa tugasnya. Artinya saya sebagai simbolnya tetapi untuk meruwat semua jajaran OPD kita dan pemerintah khususnya masyarakat Gunungkidul" jelas Bupati

Wayang ruwat digelar ini, kata dia, dilakukan oleh dalang yang memang memiliki kapasitas khusus untuk meruwat.

Kegiatan ini dilengkapi dengan prosesi siraman, pemotongan rambut, sesaji, dan tirakatan bersama sebagai bentuk pembersihan diri dan permohonan keselamatan. 

Lebih jauh, dia mengatakan kegiatan ini juga menjadi bagian dari edukasi budaya, agar generasi muda tidak melupakan akar tradisinya.

“Hal ini untuk memperkenalkan kembali bahwa wayang itu tidak hanya Wayang Mahabarata tapi ada juga Wayang Ruwatan" terangnya. 

Sementara itu, Ki Dalang Simun menjelaskan Tradisi ruwatan sendiri telah dikenal sejak lama dalam budaya Jawa.

Ruwatan terbagi menjadi dua jenis utama, yakni ruwat diri dan ruwat bumi. 

Salah satu bentuk ruwat diri adalah ruwatan anak-anak atau orang yang termasuk kategori "sukerta", yaitu yang menurut kepercayaan masyarakat memiliki potensi kesialan seperti anak tunggal, dua anak dengan jenis kelamin sama, atau lima bersaudara laki-laki.

"Jadi, prosesi Ruwatan ini merupakan warisan leluhur yang sudah dijalankan berpuluh-puluh tahun," pungkasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved