Persiapan Hadapi Musim Kemarau, BPBD Bantul Usulkan Tambahan Armada Pengangkut Air

BPBD Bantul mengusulkan penambahan armada tangki air ke sejumlah instansi terkait. Pasalnya, sejauh ini, BPBD Bantul baru ada satu armada tangki air.

TRIBUNJOGJA.COM / Alexander Ermando
BUTUH ARMADA: Foto dok. ilustrasi Truk tangki air bersih BPBD Gunungkidul. BPBD Bantul kekurangan armada pengangkut air untuk menghadapi datangnya musim kemarau 2025. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul menyampaikan puncak musim kemarau tahun 2025 diprediksi berlansung pada Juli sampai Agustus 2025.

Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, dan Peralatan BPBD Bantul, Antoni Hutagaol, menyampaikan, perkiraan potensi musim kemarau itu didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika DIY.

"Artinya, dalam periode peralihan musim dari hujan ke kemarau yakni pada April-Mei 2025 ini, perlu diwaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan sedang – lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang," katanya, Rabu (30/4/2025).

Lanjutnya, apabila musim kemarau berlangsung cukup parah, BPBD Bantul akan mengusulkan status siaga kekeringan, seperti yang kerap dilakukan pada setiap tahun lalu.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bantul, Agus Yuli Herwanto, menyampaikan, potensi bencana kekeringan sudah tidak asing lagi terjadi di Bumi Projotamansari. Bahkan, selama musim kemarau, ada beberapa kapanewon yang kerap langganan kekeringan air. 

"Biasanya, ada 11 kapanewon yang terdampak kekeringan. Artinya ada enam kapanewon yang tidak terdampak kekeringan. Yang tidak itu beberapa di antaranya ada di Kapanewon Bantul, Jetis, Kretek, Sanden, dan Srandakan," katanya.

Kini pihaknya tengah mempersiapkan stok air dan armada tangki untuk mengangkut air.

Pihaknya pun tengah mengusulkan penambahan armada tangki air ke sejumlah instansi terkait. Pasalnya, sejauh ini, BPBD Bantul baru ada satu armada tangki air.

Keterbatasan armada pengakut air itu dinilai cukup memperlambat proses distribusi air.

"Kadang-kadang masyarakat itu antre seminggu sampai 10 hari untuk meminta bantuan dropping air kepada kami. Itu antre bukan karena enggak ada air. Stok air itu melimpah, tapi armada pengangkut kami terbatas. Jadi, kami sedang mengajukan pengadaan armada pembawa air ke Pemerintah Kabupaten Bantul," ujarnya.

Kendati begitu, pihaknya mengucap syukur. Sebab, sejauh ini sudah ada banyak bantuan dari instansi terkait untuk melakukan proses dropping air bersih. Beberapa di antaranya dilakukan dari pihak Dinas Sosial Kabupaten Bantul, Palang Merah Indonesia Kabupaten Bantul, relawan CSR, dan lain sebagainya.

"Tapi, untuk mengatasi kekeringan itu sebenarnya kami berharap masyarakat diberi sumur bor. Karena sumur bor itu bisa mengatasi kekeringan masyarakat secara mendiri. Sayangnya, instansi kami tidak punya kewenangan untuk membuat sumur bor. Jadi, sumur bor itu ada di kewenangan instansi teknis yang lain," pungkas dia.(nei)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved