Human Interest Story
Cerita Dika, Lulusan S2 UGM Terapkan Ilmunya untuk Buka Usaha Jualan Bakso
Pria kelahiran 5 Mei 1997 itu merupakan lulusan S2 Fakultas Peternakan UGM. Ia lulus S2 pada April 2024 lalu dan kini buka usaha jualan Bakso
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Berbekal ilmu yang didapat saat kuliah, Dika Widia Putra (28) memberanikan diri membuka usaha bakso.
Pria kelahiran 5 Mei 1997 itu merupakan lulusan S2 Fakultas Peternakan UGM. Ia lulus S2 pada April 2024 lalu.
Sosok yang akrab disapa Dika itu mengatakan ilmunya selama menempuh S1 dan S2 sangat relevan dengan bisnis yang digeluti ini.
Semasa kuliah, ia memang lebih fokus pada sosial ekonomi peternakan. Ia belajar soal perilaku konsumen, kepuasan, loyalitas, pemasaran, rantai pasokan, manajemen konsumen, manajemen karyawan, hingga arus kas.
“Jadi ilmu yang saya dapatkan di jenjang S1 dan S2 malah bersinggungan banget sama usaha ini. Seperti pemilihan daging berkualitas, bagaimana daging supaya kenyal ketika dibikin bakso, karena nggak semua daging bisa dibikin bakso, itu ada bagiannya tersendiri. Bahan baku juga terkontrol (dengan gramasi yang jelas), sehingga rasa, tekstur, produknya itu konsisten,” katanya, Jumat (25/04/2025).
“Yang fundamental itu cashflow (arus kas). Karena sosial ekonomi juga kan belajar ekonomi juga. Jantung ada di-cashflow. Kalau cashflow berantakan, nggak ada catatan, kebanyakan bisnis nggak sehat,” sambungnya.
Ia menuturkan meski bergelar sarjana pendidikan, ayahnya memilih menjadi pedagang bakso di Jepara. Ia juga sering membantu orangtuanya berjualan bakso, terutama saat pandemi COVID-19.
Selama satu tahun, ia belajar membuat bakso dari orangtuanya, sebelum akhirnya tahun 2022 diterima S2 di UGM.
Kendati telah memiliki bekal dari orangtuanya, Dika tetap melakukan inovasi dan riset.
Bahkan ia melakukan riset hingga Surabaya. Salah satu yang ia bawa pada bisnisnya adalah bakso kotak.
“Kalau bakso kan selalu bunder ya, kemudian terinspirasi bakso di Surabaya bentuknya kotak. Sampai riset ke Surabaya, tanya-tanya, lalu saya coba bikin bakso kotak yang enak. Basic-nya dari orangtua, tetapi ada inovasi sedikit. Saya di Jogja dari nol, babat alas,” tuturnya.

Dengan modal Rp 10 juta dari tabungan yang dimiliki, sekitar pertengahan Maret 2025 ia membuka warung pertamanya di pelataran parkiran Monumen Jogja Kembali dengan nama Bakso Bang Uyo.
Tidak ada makna tertentu dibalik penamaan Bang Uyo.
Menurutnya, Bang Uyo adalah nama yang singkat namun mudah diingat.
Cerita Siswi Sekolah Rakyat di Bantul, Sempat Susah Tidur dan Kangen Rumah |
![]() |
---|
Cerita Faishal Ahmad Kurniawan, Putra Bantul yang Lolos Jadi Anggota Paskibraka Nasional 2025 |
![]() |
---|
KISAH Mbah Sutarji, Pejuang Penambal Jalan Berlubang yang Ikhlas Tanpa Minta Imbalan |
![]() |
---|
Kisah Putri Khasanah, Anak Pedagang Asongan di Bantul yang Bisa Kuliah Gratis di UGM |
![]() |
---|
Cerita Elsa Yuliana Anak Marbot Masjid dari Kulon Progo Masuk UGM Tanpa Tes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.