Antara Cita dan Realita, Saat Gen Z Harus Menunda Punya Rumah

Rafi (27), seorang UI/UX designer freelance mengaku tak terlalu tertarik membeli rumah dalam waktu dekat. 

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
glynniscoxrealtor.com
MIMPI PUNYA RUMAH: ilustrasi. Fakta bahwa rumah-rumah dengan harga terjangkau cenderung berada jauh dari pusat kota 

TRIBUNJOGJA.COM - Bagi sebagian besar generasi Z, memiliki rumah bukan lagi impian jangka pendek. Bukan karena tak ingin, melainkan karena kondisi finansial yang memaksa mereka menunda atau bahkan melepaskan keinginan itu.

“Jujur aja, punya rumah sekarang tuh kayak mimpi siang bolong,” ujar Dewi (25), karyawan swasta di DIY. 

“Harga rumah terus naik, DP-nya gede banget. Gaji pas-pasan, belum lagi harus mikirin transport, makan, sama kebutuhan lainnya. Jadi ya sementara nge-kost aja dulu.”

Fenomena ini memang tak bisa dipandang remeh. Bila masalah keterjangkauan rumah tidak segera ditangani, bisa berdampak pada perubahan perilaku generasi mendatang—menuju apatisme dan ketidakpedulian terhadap urusan sosial.

Pola hidup Gen Z yang fleksibel dan nomaden juga menjadi faktor lain. Banyak dari mereka bekerja di bidang kreatif atau teknologi, dengan sistem kontrak pendek atau berpindah-pindah lokasi.

Rafi (27), seorang UI/UX designer freelance mengaku tak terlalu tertarik membeli rumah dalam waktu dekat. 

“Pekerjaan saya bisa di mana aja, kadang sebulan di Bali atau Jakarta, kadang balik ke Jogja. Ngapain punya rumah kalau gak bisa ditempatin terus? Ngontrak atau sewa apartemen lebih masuk akal buat sekarang.”

Kondisi ini juga diperparah oleh fakta bahwa rumah-rumah dengan harga terjangkau cenderung berada jauh dari pusat kota. Akibatnya, beban transportasi makin menekan pengeluaran bulanan.

Nadia (26), seorang content creator, mengaku alasan utama Gen Z enggan membeli rumah antara lain belum siap secara finansial, harga rumah yang tinggi, lokasi yang sulit dijangkau, kebutuhan fleksibilitas tinggi, dan banyaknya alternatif hunian sewa yang tersedia.

Mengontrak atau menyewa rumah memang memberi ruang untuk hidup lebih fleksibel dan hemat. Tapi jika tidak ada solusi jangka panjang, bukan tak mungkin krisis perumahan bisa menumbuhkan generasi yang semakin jauh dari konsep “rumah” sebagai tempat pulang.

“Kadang saya mikir, apa nanti pas tua bakal ngontrak terus?,” kata Nadia.

"Tapi ya balik lagi... itu urusan nanti.”

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved