Kabar Terbaru Kasus Warga Diduga Keracunan Makanan Seusai Menyantap Takjil di Bantul 

Puluhan orang di Kabupaten Bantul diduga mengalami keracunan seusai menyantap takjil di salah satu masjid di Jodog, Kalurahan Gilangharjo

DOk Tribunjogja.com.
ILUSTRASI: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul akan melakukan uji sampel makanan takjil secara acak bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DI Yogyakarta. 

 

Tribunjogja.com Bantul --- Puluhan orang di Kabupaten Bantul diduga mengalami keracunan seusai menyantap takjil di salah satu masjid di Jodog, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Sabtu (15/3/2025) sore.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Tri Widiyantara, mengungkapkan, sejauh ini ada 10 warga setempat yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Pandak 1 dan 11 warga setempat yang menjalani rawat jalan di RS UII.

"Tapi, ada yang tidak melakukan pemeriksaan. Dan saat ini, kami masih melakukan proses pelacakan terhadap kasus itu." 

"Karena dari data yang kami dapat ini, yang diduga mengalami keracunan beragam, ada dari anak-anak hingga orang dewasa," katanya, Selasa (18/3/2025).

Adapun dugaan keracunan itu muncul, setalah beberapa waktu para warga setempat mengkonsumsi takjil di salah satu masjid di Jodog. 

Lalu, baru diketahui oleh petugas Puskesmas Pandak 1 pada Senin (17/3/2025), setelah mendapat laporan keluhan atau gejala warga setempat berupa mual, muntah, dan diare.

Saat ini, pihaknya juga tengah berupaya mengumpulkan sampel makanan yang tersisa untuk dilakukan uji laboraturium di Balai Laboratorium Kesehatan Dan Kalibrasi Yogyakarta. 

Uji sampel makanan di laboratorium itu dilakukan untuk mengetahui sumber atau penyebab utama dugaan keracunan yang dialami warga Jodog.

"Jadi, mereka konsumsi apa saja kami belum tahu, karena teman-teman kami lagi mengumpulkan sampel makanan yang tersisa dari lapangan." 

"Kayaknya ada beberapa jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh mereka," tuturnya.

Namun, berdasarkan analisa kasus serupa yang pernah ada, sumber atau penyebab utama kasus keracunan terjadi dikarenakan tercemar kuman di dalam makanan tersebut. 

Artinya, makanan yang dikonsumsi tersebut tidak higienis dan bisa berada dari segi minuman atau bahan pangan.

Untuk mengantisipasi kasus serupa, Agus berpesan kepada seluruh takmir masjid, musala, atau pengelola tempat-tempat ibadah di Bumi Projotamansari, agar selektif dalam melakukan pengadaan sajian takjil

Ia pun menyarankan agar para pengelola tempat ibadah bisa menyediakan sajian takjil dari pengelola makanan siap saji bersertifikat atau pengelola makanan yang sudah terbiasa menyediakan makanan dalam jumlah besar.

"Jadi, bukan makanan dari buatan rumahan yang tidak sering membuat produk siap saji dalam sekala besar." 

"Kalau sudah terbiasa menyediakan sajian dalam jumlah besar, saya rasa mereka juga sudah terbiasa mengelola dengan higienis, sehingga lebih aman dikonsumsi," tandasnya.

Tanggapan Takmir 

Takmir Masjid Al Ikhlas, Padukuhan Jodog, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, buka suara terkait kejadian dugaan kercunan takjil. Di mana, takjil itu dikonsumsi oleh anak-anak untuk buka puasa di Masjid Al Ikhlas Jodog pada Sabtu (15/3/2025) sore.

Takmir Masjid Al Ikhlas Jodog, Nurul Fuad, mengungkapkan, sejauh ini ada dua warga setempat yang masih menjalani rawat inap di rumah sakit akibat dugaan keracunan takjil tersebut. Satu berusia sekitar 20 tahun dan menjalani rawat inap di RS UII, sedangkan satu lagi berusia anak-anak dan menjalani rawat inap di RSUD Panembahan Senopati.

"Ini saya baru mau lihat keadaan mereka. Sebenarnya, ada satu lagi yang menjalani rawat inap. Tapi, sudah diperbolehkan pulang tadi siang. Jadi tinggal dua orang yang menjalani rawaat inap," katanya saat dikonfirmasi, Selasa (18/3/2025).

Ia pun mencatat, secara total ada 36 orang yang terkena keracunan takjil. Dari angka itu sebagian besar dialami oleh anak-anak. Pasalnya, makanan tersebut sebenarnya disajikan untuk kategori anak-anak hingga remaja.

"Makanan itu untuk anak-anak dan biasanya juga sama walinya. Karena, di tempat kami itu ada jadwal untuk mengisi takjil selain Senin dan Kamis itu, khusus anak-anak. Dan saat kejadian itu kan hari Sabtu, jadi makanannya khusus untuk anak-anak," tuturnya.

Akan tetapi, saat momen pembagian takjil Nurul mengaku tidak mengatahuinya. Pasalnya, saat hari Sabtu, ia tidak berada di masjid dikarenakan mengikuti kegiatan lain. Meski demikian, dari jumlah yang terdampak keracunan takjil, Nurul mengungkapkan bahwa sebagian besar hanya menjalani rawat jalan dan sudah mulai membaik.

"Warga kami yang terkena keracunan makanan itu tidak langsung bereaksi keluhan keracunan. Itu kan dimakan Sabtu sore, jadi rata-rata bereaksi hari Minggu malam. Tapi, waktu itu belum mengetahui kalau ada dugaan keracunan makanan. Pas hari Senin itu baru banyak yang mengalami hal sama," bebernya.

Dari situ, baru ditelusuri dan baru diketahui bahwa penyebab keluhan yang dirasakan berasal dari makanan takjil yang dibagikan dari katering asal Pendowoharjo. Adapun keluhan yang dirasakan oleh para pasien diduga keracunan takjil tersebut berupa demam, muntah, dan diare.

"Yang diare itu ada yang diobati sendiri, terus sembuh. Tapi, ada juga yang berobat di layanan kesehatan. Setelah itu booming dan ketahuan kalau sumbernya sama-sama dari makanan katering itu," ujar Nurul. 

Asal Makanan

Nurul mengungkapkan makanan takjil itu berasal dari salah satu katering di Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon. Makanan itu dipesan oleh salah satu warga Gilangharjo yang mendapat jatah untuk mengisi takjil di Masjid Al Ikhlas Jodog.

"Kan biasanya untuk mengisi takjil itu diserahkan ke warga kami dan itu digilir per keluarga. Nah, kebetulan kali ini, keluarga itu memasan takjil di katering yang ada di Pandowoharjo," ucapnya.

Disampaikannya, ada sekitar 150 makanan takjil yang dipesan di tempat katering tersebut. Namun, yang dibawa ke masjid ada sekitar 125 makanan, sedangkan sisanya dikonsumsi pribadi oleh keluarga yang menerima jatah mengisi takjil dan dibagikan kepada beberapa orang lain.

"Takjil itu makanan rice bowl. Isinya ada nasi, ayam filet, dan telur goreng. Ayamnya itu seperti dibuat teriyaki. Waktu ditelusuri, ternyata ada yang enggak makan lauknya saja, tidak ada reaksi keluhan. Tapi, yang makan nasinya itu bereaksi. Jadi kemungkinan itu berasal dari nasi," tuturnya.

Sedangkan, untuk sajian minum tidak didapatkan dari katering. Kata Nurul, minuman yang sajikan berupa teh yang dibuat sendiri. Lanjutnya, seluruh makanan tersebut telah dibawa ke laboraturium oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul untuk dilakukan pengujian dan dicari tahu penyebabnya.

"Jadi semuanya sudah komplet yang dibawa sama orang dinas itu untuk dilakukan uji coba. Dan tadi, Polsek Pandak juga sudah memanggil pihak katering itu. Tapi, pihak katering belum ketamu sama saya, jadi belum ada omong-omongan (pembicaraan)," papar dia.

Seusai kejadian tersebut, Nurul menyebut bahwa kegiatan masjid tetap berjalan seperti biasa. Namun, kemungkinan kalangan anak-anak tidak banyak yang datang untuk ikut buka bersama di Masjid Al Ikhlas dikarenakan ada yang masih mengeluhkan sakit.

"Tapi selanjutnya tetap berjalan seperti biasa. Saat ini juga masih ada yang setoran ngasih takjil ke jemaah masjid kami, karena yang mengisi takjil itu kan sudah dikasih jadwal. Dan kita enggak ada warning atau gimana-gimana ke warga. Karena ini kan hanya enggak selalu terjadi," tuturnya.

Tanggung Jawab Pengobatan

Nurul mengatakan, seluruh orang yang terkena keracunan tersebut mendapatkan uang ganti biaya pengobatan. Di mana, pasien yang berobat mandiri yakni di klinik maupun dokter pribadi mendapatkan uang ganti biaya pengobatan dari infak masjid, sedangkan yang berobat di layanan kesehatan pemerintah mendapatkan uang ganti biaya pengobatan dari Pemerintah Kabupaten Bantul.

"Karena, kejadian luar biasa ini, pemerintah setempat juga turun tangan. Tadi dinas kesehatan sudah turun juga dan yang rawat inap di rumah sakit itu biayanya ditanggung oleh pemerintah setempat," katanya.

Saat disinggung terkait besaran biaya yang dibutuhkan, Nurul mengaku belum mengetahuinya. Pasalnya, pihaknya berasama pihak terkait masih melakukan pendataan terkait kasus tersebut.

"Untuk pendataan yang di-cover oleh kami dari Masjid Al Ikhlas, masih didata juga. Pendataannya hari ini sampai besok," tutup dia

Tindakan Dinkes

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul akan melakukan uji sampel makanan takjil secara acak bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DI Yogyakarta.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Tri Widiyantara, menyampaikan, uji sampel itu akan dilakukan secara acak di pasar-pasar Ramadan di Bumi Projotamansari untuk mengantisipasi adanya bahan berbahaya dalam sajian takjil.

"Makanan berbuka puasa selama bulan Ramadan harus memenuhi syarat Hygiene Sanitasi Pangan (HSP), karena masyarakat merupakan konsumen atau populasi rentan terhadap terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan," katanya, Selasa (18/3/2025).

Lanjutnya, pihaknya juga telah melakukan upaya-upaya pembinaan dan pengawasan keamanan pangan takjil melalui Puskesmas bersama sektor terkait. 

Di mana, Puskesmas bersama sektor terkait melakukan peningkatan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan terhadap produk pangan siap saji yang berada di titik titik area penjualan pangan takjil di wilayah kerjanya masing-masing.

"Kami juga memberikan edukasi kepada pengelola/pelaku usaha Tempat Pengelolaan Pangan (TPP), penjamah pangan siap saji yang berada di area penjualan pangan takjil melalui penyuluhan atas potensi risiko kesehatan dari pangan siap saji yang tidak aman," paparnya. 

Kemudian, jika terjadi keracunan pangan, petugas kesehatan secara terpadu segera mengambil tindakan penanggulangan KLB yang diakibatkan faktor risiko lingkungan yang tidak memenuhi syarat dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan.

"Kami melalui para petugas kesehatan akan memberikan tanda/label pembinaan dan pengawasan higyene sanitasi pangan pada pedagang pangan takjil sebagai TPP yang sudah dibina dan memenuhi persyaratan," tuturnya. 

Di samping itu, pihaknya melalui para petugas kesehatan turut memberikan himbauan kepada pedagang pangan takjil dan pedagang pasar. 

Sebagai contoh untuk lokasi penjualan pangan diimbau tetap dalam kondisi lingkungan yang bersih dan teratur serta tidak dekat dengan limbah yang berpotensi terjadinya pencemaran.

Lalu, bahan pangan siap saji diimbau agar diolah dengan benar atau pangan takjil masih baru, atau tidak menjual pangan takjil yang sudah lebih dari empat jam. Bahkan, nahan pangan siap saji yang dijual disarankan tidak menggunakan bahan tambahan yang tidak direkomendasikan.

"Pangan siap saji yang dijual ke konsumen dalam kondisi hygienis, tertutup agar terhindar dari kontaminasi debu, serangga, asap kendaraan, droplet (saat berbicara, bersin, batuk, keringat) dan lain-lain, Dan, wadah atau tempat pangan siap saji yang dijual ke konsumen bersih hygienis," urainya.

Jika ada proses pencucian alat/wadah makan/minum seperti piring, gelas, sendok dan lainnya agar menggunakan air bersih yang mengalir dan memenuhi syarat kesehatan dan juga dilengkapi dengan detergen/sabun saat proses pencucian. 

Kemudian, penggunaan jenis bahan baku wadah atau tempat pangan siap saji yang dijual harus memenuhi standar pangan.

"Para pedagang dalam melayani konsumen untuk memindahkan pangan gunakanlah alat bantu seperti penjepit tidak berkarat, sarung tangan plastik yang bersih. Serta, para pedagang pangan wajib melakukan cuci tangan pakai sabun sesering mungkin, sehingga kondisi tangan dalam keadaan bersih dan hygienis," pungkas dia. (Tribunjogja.com/Nei)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved