Hari Jadi ke-270 DIY, Momentum Refleksi dan Penguatan Keistimewaan
Peringatan Hari Jadi ke-270 DIY menjadi momentum refleksi sekaligus penguatan nilai-nilai keistimewaan
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Peringatan Hari Jadi ke-270 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi momentum refleksi sekaligus penguatan nilai-nilai keistimewaan yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD DIY di Gedung DPRD DIY, Jalan Malioboro, Kamis (13/3/2025), Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menegaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan wujud nyata dari tekad kolektif untuk menjaga keseimbangan antara tradisi, demokrasi, dan inovasi.
"Hari ini bukan sekadar perayaan, tetapi ajakan untuk berpartisipasi aktif membangun tata pemerintahan yang lebih baik dengan tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal. Keistimewaan Yogyakarta harus tetap relevan menghadapi tantangan zaman," ujar Sri Sultan HB X.
Rapat paripurna ini dihadiri Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X, jajaran Forkopimda DIY, Sekretaris Daerah DIY, wali kota dan bupati se-DIY, serta perwakilan Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.
Sri Sultan menjelaskan bahwa penetapan 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY merujuk pada peristiwa historis pendirian Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Pada hari itu, di Hutan Beringan, Pangeran Mangkubumi mendeklarasikan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang menjadi cikal bakal DIY.
Selain menandai kelahiran Yogyakarta sebagai entitas politik dan budaya, tanggal tersebut juga menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme.
Pada masa itu, wilayah Yogyakarta masih utuh dan belum mengalami intervensi kolonial.
Dengan memenuhi unsur-unsur yang disyaratkan sebagai sebuah negara berbentuk kasultanan—yakni pemimpin, rakyat, wilayah, dan pemerintahan—Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat telah memiliki legitimasi kuat.
Baca juga: Peringatan 270 Tahun DIY, Sri Sultan HB X Serukan Transformasi Digital dan Kesejahteraan Inklusif
Pada peringatan ke-270 ini, DIY mengusung tema "Tumata, Tuwuh, Ngrembaka".
Tumata mencerminkan keteraturan dalam tata kelola pemerintahan, Tuwuh melambangkan pertumbuhan yang berkelanjutan, dan Ngrembaka merepresentasikan kesejahteraan yang inklusif.
Sri Sultan menekankan bahwa keistimewaan Yogyakarta bukan hanya warisan sejarah, tetapi harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
"Tanggung jawab kita adalah memastikan bahwa kebijakan yang dibuat benar-benar memberikan kesejahteraan bagi seluruh warga DIY," tegasnya.
Ketua DPRD DIY Nuryadi dalam kesempatan yang sama menyampaikan harapannya agar bertambahnya usia DIY semakin memperkuat semangat membangun daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai bentuk efisiensi anggaran, DPRD DIY memutuskan untuk menghapus perjalanan ke luar negeri dan mengalihkannya ke program-program yang langsung berdampak pada masyarakat.
"Kami ingin lebih dekat dengan masyarakat dan memastikan kebijakan yang diambil benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka," kata Nuryadi.
Melalui semangat peringatan Hari Jadi ke-270 ini, seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat DIY diajak untuk terus berkolaborasi dan bersinergi dalam membangun Yogyakarta yang lebih maju, berdaya, dan berkeadilan. (*)
Pemkot Yogyakarta Bangun Sistem Satu Data, Intervensi Program Lebih Tepat Sasaran |
![]() |
---|
Ormas di Jogja Dukung Pembangunan Daerah, Tidak Ada Stigma Negatif dari Publik |
![]() |
---|
DWS Respons Cepat Usulan Gubernur DIY, Fasilitasi Koordinasi dengan Kementerian PU |
![]() |
---|
Jikustik hingga Kyai Kanjeng Bakal Meriahkan Gebyar Keistimewaan DIY di Alun-alun Wonosari |
![]() |
---|
Danais 2026 Dipangkas, Sekber Keistimewaan DIY: Momentum Prioritaskan Program Penting |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.