TPAS Wukirsari Akan Berubah Menjadi TPST, Kapasitas Sampah Meningkat 50 Persen
Transformasi ini akan membawa TPAS Wukirsari menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan teknologi terbaru.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul berencana mengubah sistem pengolahan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Wukirsari, Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari.
Perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan sampah yang dapat diproses, dari sebelumnya hanya 53 ton per hari menjadi 75 ton per hari.
Transformasi ini akan membawa TPAS Wukirsari menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan teknologi terbaru.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kusno Wibowo, menjelaskan bahwa perubahan sistem pengolahan sampah ini akan menggunakan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) dan maggot atau bio konversi.
Kusno menambahkan, alasan perubahan ini dilatarbelakangi oleh ketidakefektifan metode pengolahan sampah jenis sanitary landfill yang telah diterapkan di TPAS Wukirsari selama ini.
“Selama ini, sistem sanitary landfill di TPAS Wukirsari dinilai sudah tidak efektif dan ramah lingkungan. Selain itu, kapasitas sampah yang terus meningkat membuat tempat ini membutuhkan sistem yang lebih baik. Oleh karena itu, kami akan beralih ke TPST dengan teknologi RDF,” ujarnya.
Lokasi TPAS Wukirsari yang terletak sekitar 3,5 km dari pusat Kota Wonosari ini akan diperluas.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, lokasi yang digunakan saat ini tidak memadai untuk menampung jumlah sampah yang terus meningkat.
Pemkab Gunungkidul berencana memperluas lahan TPAS dari 5 hektar menjadi 9 hektar, yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan TPST dengan teknologi RDF.
Baca juga: Cerita Relawan Green Gank, Bersihkan 200 Kg Sampah Plastik saat Laga PSIM Yogyakarta vs PSPS
Kusno menjelaskan lebih lanjut mengenai teknologi RDF, yakni proses pengolahan sampah dengan cara pengeringan untuk mengurangi kadar airnya hingga kurang dari 25 persen.
Setelah itu, sampah akan dicacah menjadi potongan berukuran 2-10 cm, yang meningkatkan nilai kalor atau panas sampah tersebut.
RDF yang dihasilkan nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, salah satunya untuk pembuatan semen.
Lebih jauh, Pemkab Gunungkidul telah menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan PT Sarana Bangun Indonesia, sebuah perusahaan asal Cilacap, untuk pembelian RDF hasil pengolahan sampah ini.
Kusno menambahkan, perubahan sistem ini sudah disiapkan dalam bentuk detail engineering design (DED) dan diperkirakan memerlukan biaya sekitar Rp55 miliar untuk pembangunan TPST dengan empat hingga lima unit mesin pengolahan sampah.
Kusno juga menekankan bahwa penanganan sampah di Gunungkidul kini semakin mendesak, mengingat perkembangan infrastruktur seperti Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang akan semakin ramai.
“Dengan rencana perubahan ini, kami berharap bisa menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan dan efisien, serta mendukung pembangunan berkelanjutan di Gunungkidul,” tandasnya. (*)
Proses Normalisasi, 1500 Ton Sampah Diangkut dari Deretan Depo di Kota Yogyakarta |
![]() |
---|
Pemkab Gunungkidul Siaga Banjir, Dorong Gotong Royong dan Pemetaan Rawan Genangan |
![]() |
---|
Wabup Sleman Harap Warga Punya Kesadaran Ikut Tangani Sampah |
![]() |
---|
Kuota 3000 Ton di TPA Piyungan Jadi Alokasi Terakhir Pemda DIY untuk Kota Yogyakarta |
![]() |
---|
Tekan Timbulan Sampah, Legislatif Dorong Pelarangan Total Kantong Plastik Sekali Pakai di Kota Yogya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.