Tercatat 67 Kasus DBD Selama Januari 2025, Warga Kota Yogya Diminta Tingkatkan Kewaspadaan

Warga masyarakat di Kota Yogya diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
DOK eliminatedengue.com
NYAMUK WOLBOCHIA : Tim peneliti WMP Yogyakarta mengembangbiakkan nyamuk ber-Wolbachia di Laboratorium Entomologi WMP Yogyakar 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Warga masyarakat di Kota Yogya diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Bukan tanpa alasan, kondisi cuaca yang cenderung tidak menentu, membuat risiko DBD semakin melonjak jika tidak disikapi dengan kewaspadaan publik.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi  Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, mengatakan, selama Januari 2025 tercatat 67 kasus DBD di wilayahnya.

Selain demam berdarah, tercatat pula sebaran penyakit leptospirosis, yang terpantau ada dua kasus di Kota Yogya selama Januari 2025 lalu.

"Harus digencarkan upaya pencegahannya, seperti pemberantasan sarang nyamuk, serta menjaga kebersihan lingkungan, itu harus tetap dilakukan," tandasnya, Rabu (12/2/25).

Menurutnya, semua pihak harus belajar dari pengalaman 2024 silam, di mana kasus DBD di Kota Yogya mengalami lonjakan yang cukup signifikan.

Benar saja, Endang memaparkan, sepanjang tahun lalu, tercatat 283 kasus DBD, sementara pada 2023 hanya ada 83 kasus saja. 

"Peningkatannya karena faktor musim yang tidak menentu. Sehingga, lonjakan kasus DBD terjadi juga hampir merata di kabupaten lain," terangnya.

Baca juga: Puskesmas Borobudur Mulai Layanan Cek Kesehatan Gratis, Hari Pertama Hanya 6 Orang yang Mendaftar

Lebih lanjut, ia memaparkan, gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin dan mandiri jadi kunci mencegah penyebaran DBD.

Lalu, penerapan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan obat nyamuk dan memasang kelambu saat tidur.

"Peran aktif warga sangat dibutuhkan. Gerakan satu rumah satu jumantik harus dihidupkan lagi di kampung dan perkantoran," ungkapnya.

Endang pun berharap, masyarakat melaporkan segera jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala DBD, khususnya pada anak-anak.

Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi, jika muncul tanda-tanda seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, mual, atau muncul bintik-bintik merah pada kulit. 

"Makanya, kami mengimbau kepada para orang tua, harus lebih waspada, terutama ke 4-5 ketika anaknya mengalami panas tinggi," cetusnya.

"Kalau itu terjadi, segera dibawa ke Puskesmas. Di sana ada pendeteksian DBD, melalui NS1, karena penting menghitung hari panas ke 4-5," pungkas Endang. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved