Nelayan Bekasi Protes Langsung di Hadapan Menteri Nusron Wahid, Minta Pagar Laut Dicabut

Kehadiran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, menjadi sorotan setelah disambut aksi protes

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
KOMPAS.com/Achmad Nasrudin Yahya
DEMO NELAYAN - Aksi protes puluhan nelayan di Perairan Paljaya, Desa Segara Jaya, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi saat kehadiran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, 

TRIBUNJOGJA.COM - Konflik terkait pembangunan pagar laut di Perairan Paljaya, Desa Segara Jaya, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, semakin memanas.

Kehadiran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, menjadi sorotan setelah disambut aksi protes puluhan nelayan yang menuntut pembongkaran pagar laut milik PT Tunas Ruang Pelabuhan Nusantara (TRPN) dan PT Mega Agung Nusantara (MAN).

Sekitar pukul 11.00 WIB, Nusron Wahid tiba di lokasi menggunakan perahu dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paljaya.

Setibanya di area pagar laut, ia disambut puluhan nelayan yang berdiri di atas perahu kecil sambil membentangkan spanduk bertuliskan "Kembalikan Laut Kami." Teriakan "Bongkar, bongkar, kembalikan laut kami!" menggema di perairan tersebut.

Para nelayan mengeluhkan bahwa keberadaan pagar laut telah merusak ekosistem laut dan menghambat akses mereka untuk melaut.

Baca juga: Sebagian Besar Program Vital Kulon Progo Tertunda, Imbas dari Kebijakan Efisiensi Anggaran Pusat

Kondisi ini berdampak langsung pada menurunnya hasil tangkapan, yang berarti penurunan pendapatan bagi keluarga nelayan di sekitar wilayah tersebut.

Respons Menteri ATR/BPN

Awalnya, Nusron Wahid hanya mengamati pagar laut tanpa memberikan respons langsung.

Namun, setelah mendengarkan aspirasi nelayan, ia mengajak mereka berdiri bersama di area pagar laut yang telah ditimbun tanah.

Di sana, dialog singkat terjadi. Seorang nelayan dengan penuh harap berkata, "Terima kasih Pak Menteri, tolong kembalikan laut kami."

Dalam momen penuh haru tersebut, Nusron meminta para nelayan untuk bershalawat bersama.

 "Shalawat, shalawat," ajaknya, disambut antusias oleh para nelayan yang mengepalkan tangan sebagai simbol solidaritas dan harapan.

Konflik ini menyoroti bagaimana proyek reklamasi dan pembangunan pagar laut berdampak signifikan terhadap mata pencaharian masyarakat pesisir.

Bagi nelayan di Bekasi, laut bukan sekadar sumber penghidupan, melainkan juga bagian dari identitas dan budaya mereka.

Dengan adanya pagar laut, banyak nelayan terpaksa melaut lebih jauh, menghabiskan lebih banyak bahan bakar, serta menghadapi risiko yang lebih tinggi.

Selain itu, perubahan arus laut akibat reklamasi juga mengurangi populasi ikan di sekitar wilayah yang sebelumnya menjadi lokasi tangkapan utama. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved