Jumlah Kasus PMK di Sleman Bertambah, Operasional Pasar Hewan Tidak Ditutup
Sejak kasus ternak sakit pada Februari 2024 hingga bulan Januari 2025 ini, telah ditemukan 556 ekor ternak terpapar PMK. Semuanya sapi.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Jumlah kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak berkuku belah milik warga Kabupaten Sleman masih bertambah.
Sejak kasus ternak sakit pada Februari 2024 hingga bulan Januari 2025 ini, telah ditemukan 556 ekor ternak terpapar PMK. Semuanya sapi.
Kasus kesembuhan, begitu juga kematian sapi terus bertambah.
Di periode yang sama, jumlah sapi sembuh 301 ekor sedangkan sapi yang mati 28 ekor, enam persen di antaranya dipotong paksa.
Trend kasus cenderung mengalami peningkatan.
Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Ir Suparmono menginformasi adanya peningkatan kasus tersebut.
"Muncul sejak Februari 2024, tapi kasusnya sedikit. Kemudian meningkat agak tinggi di Desember- Januari ini, ada 14 ekor mati. Tapi tidak mati di Desember dan Januari semua. Melainkan ada yang mati di bulan sebelumnya, namun pelaporan ke Isikhnas terlambat," katanya, Jumat (10/1/2025).
Jika melihat data yang ada, maka kata Suparmono kasus PMK di Kabupaten Sleman muncul kembali namun masih relatif terkendali.
Hal itu dengan asumsi tingkat kematian ternak terbilang rendah sedangkan angka kesembuhan tinggi sekira 54 persen.
Hal ini tidak lepas dari upaya pengendalian untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tersebut.
Selain pengobatan bagi ternak yang sakit, pihaknya juga melaksanakan vaksinasi terhadap sapi yang sehat, penyemprotan dan pengetatan pasar hewan, pemberian desinfektan serta melakukan komunikasi informasi dan edukasi kepada masyarakat maupun pedagang ternak.
Pihaknya mengimbau agar selalu menjaga kebersihan kandang.
Baca juga: Pedagang Ternak Sleman Resah, Harga Sapi Anjlok hingga Rp 2 Juta Imbas Penyakit PMK
Jika memungkinkan agar jangan memasukkan ternak yang berasal dari luar daerah.
Jika di kandang kelompok terdapat ternak yang sakit, maka dipisahkan dari yang lain atau dikarantina.
Hal ini untuk mencegah agar tidak terjadi penularan terhadap ternak yang lain.
"Jika sudah dikarantina maka dokter hewan kami juga akan mengamatinya lebih intensif. Kebersihan kandang memegang kunci penting. Selain bersih, jika memungkinkan juga disemprot desinfektan. Jika tidak punya silakan mengajukan ke kami melalui Poskeswan," kata mantan Panewu Cangkringan ini.
Lebih lanjut, Suparmono mengatakan, kendati angka penularan kasus PMK masih bertambah, pihaknya belum ada rencana menutup operasional pasar hewan di wilayah Kabupaten Sleman.
Walaupun, di beberapa daerah, untuk melakukan pengendalian penyakit sejumlah pasar hewan mulai ditutup.
"Kebijakan kami, sesuai permintaan masyarakat dan pedagang, pasar hewan kami tetap buka. Tapi skrining awal sapi masuk diperketat," katanya.
Diperketat
Aktivitas di pasar Hewan Ambarketawang Gamping, Kabupaten Sleman pada Jumat (10/1/2025) tidak seperti biasanya.
Dua dokter hewan, sejak pagi sudah berjaga di depan masuk Pasar.
Mereka mengawasi dan mengecek satu persatu kendaraan yang datang membawa ternak.
Jika ada indikasi ternak bergejala PMK, terutama dilihat dari seputar mulut dan kakinya, maka armada tersebut disetop dan diminta putar balik.
"Hari ini kami sudah menolak dua armada karena sapinya bergejala. Kita tolak dan diminta pulang. Sehingga sapi yang dijual di dalam pasar relatif sudah aman," kata Suparmono.
Sapi yang lolos pemeriksaan di depan pasar kemudian diperbolehkan masuk, dengan diarahkan melewati gerbang desinfektan.
Proses penyemprotan disinfektan dinilai sudah standar. Bukan hanya ternak yang terkena semprotan melainkan juga kendaraan pengangkutnya.
Kepala UPTD Pasar Hewan Ambarketawang Gamping, Yuda Andi Nugroho mengungkapkan, melalui pengetatan lalu lintas tersebut maka ternak yang dijual di pasar hewan benar-benar sapi yang tidak bergejala PMK.
Harapannya tidak terjadi penularan di pasar.
Menurut dia, selain pengawasan dua dokter hewan di gerbang masuk, ada juga dokter hewan yang ditugaskan berkeliling memantau sapi yang berada di area pasar. Selain juga melakukan penyemprotan disinfektan setelah kegiatan pasaran selesai.
"Kami lakukan penyemprotan ke seluruh area pasar hewan. Karena bisa jadi ternak yang belum bergejala berat turut membawa (virus penyebab PMK). Jadi Ini kami lakukan antisipasi, untuk kegiatan pasaran berikutnya," kata dia.
Adapun transaksi jual-beli ternak, menurut Yuda, mengalami penurunan tajam semenjak kemunculan kembali wabah PMK.
Ia mencontohkan, transaksi ternak di Pasar Hewan Ambarketawang biasanya mencapai 30 - 50 ekor dari jumlah ternak masuk 270 - 300 ekor sapi per kegiatan pasaran.
Tetapi semenjak ada peningkatan kasus PMK di Kabupaten Sleman, jumlah sapi yang dibawa pedagang masuk ke pasar hewan Ambarketawang di pasaran pekan lalu hanya 70 ekor. Dari jumlah tersebut yang laku terjual hanya 9 ekor.
"Jadi transaksi mengalami penurunan hampir 80 persen," ujar dia.
Pada Jumat ini, pantauan hingga pukul 08.00 WIB, hanya ada sekitar 115-120 ekor sapi yang dipasarkan di Pasar hewan Ambarketawang.
Jumlah tersebut masih cukup jauh dari jumlah di waktu normal. Aktivitas pasaran juga tidak seramai biasanya.(*)
Ada Bayi Tak Bernyawa Terbungkus Plastik di Bawah Pohon Beringin Depok Sleman |
![]() |
---|
Pengawas Dinkes Sleman Sebut Aspek Penyebab Keracunan MBG di Berbah: Makanan Tidak Segera Dimakan |
![]() |
---|
Dinkes DIY Perketat Pengawasan MBG seusai 137 Pelajar di Berbah Sleman Jadi Korban Keracunan |
![]() |
---|
Marak Keracunan MBG, Dinkes Gunungkidul Bereaksi, Orang Tua Khawatir: Anak Kami Jadi Taruhannya |
![]() |
---|
Keracunan MBG Pelajar di DIY, Ombudsman: Program Nyaris Tanpa Pengawasan, Pelanggaran Nir Sanksi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.