Harga Cabai di DIY Fluktuatif tapi Masih Tinggi, Dipicu Cuaca dan Libur Panjang

Harga cabai di DI Yogyakarta terus mengalami fluktuasi, terutama pada jenis cabai keriting dan cabai hijau.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Harga cabai di DIY fluktuatif tapi masih tinggi, cuaca dan libur panjang jadi faktor utama. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Harga cabai di DI Yogyakarta terus mengalami fluktuasi, terutama pada jenis cabai keriting dan cabai hijau.

Pedagang sayur di Pasar Beringharjo, Ida Chabibah, melaporkan adanya penurunan harga untuk cabai keriting merah dari Rp70.000 menjadi Rp60.000 per kilogram.

Cabai hijau pun mengalami penurunan, dari Rp40.000 menjadi Rp30.000 per kilogram.

"Hari ini cabai keriting memang turun. Selain cabai rawit, ya, karena cabai rawit itu fluktuatif," ujar Ida, Jumat (10/1).

Namun, cabai rawit merah tetap berada di harga tinggi, yakni kisaran Rp100.000 per kilogram.

Ida menjelaskan bahwa cabai rawit merupakan komoditas yang harganya sulit diprediksi akibat fluktuasi permintaan dan keterbatasan stok.

Ida menilai cuaca ekstrem menjadi faktor utama kenaikan harga cabai.

Musim hujan yang intens menghambat proses panen, sehingga pasokan menjadi terbatas.

Baca juga: Penyebab Harga Cabai Rawit Merah di Wilayah Yogyakarta Makin Melejit

Selain itu, libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta liburan sekolah turut meningkatkan permintaan, mendorong harga ke level tinggi.

"Cuaca jadi penyebab utama, dari dulu sampai sekarang. Selain itu, momen hari besar seperti libur Nataru meningkatkan permintaan, sehingga harga ikut naik," jelasnya.

Meski stok cabai rawit saat ini terbatas, Ida mengungkapkan bahwa pasokan masih mencukupi.

Sekitar 50 persen pasokan berasal dari daerah Muntilan, Tempel, dan Kaliurang.

Namun, kualitas cabai menurun akibat cuaca buruk, dengan banyak cabai yang warnanya tidak sempurna meskipun tetap pedas.

Pascalibur panjang, permintaan cabai mulai menurun, tetapi harga tetap tinggi sehingga pedagang kesulitan menjual dalam jumlah besar.

"Permintaan sudah mulai turun karena liburan usai. Tapi harga yang tinggi membuat pedagang agak kesulitan menjual," kata Ida.

Selain cabai, beberapa jenis sayuran lain juga mengalami kenaikan harga.

Selada, misalnya, kini dijual Rp40.000 per kilogram dari sebelumnya Rp20.000.

Ida mengungkapkan bahwa harga selada bahkan sempat mencapai Rp50.000 per kilogram beberapa waktu lalu.

Menjelang perayaan Imlek, harga cabai merah diprediksi akan kembali naik.

 Ida memperkirakan kenaikan harga sebesar Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogram, meski tetap dianggap stabil.

"Biasanya satu minggu menjelang Imlek ada kenaikan," ungkapnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Yuna Pancawati, mengungkapkan bahwa keterbatasan pasokan cabai juga disebabkan oleh serangan hama dan gagal panen pada musim hujan.

"Petani gagal panen, dan faktor dari libur panjang Nataru juga menjadi penyebab pasokan semakin terbatas," kata Yuna.

Untuk mengatasi lonjakan harga cabai, Disperindag DIY terus memantau perkembangan harga secara rutin dan menjalin komunikasi intensif dengan kabupaten serta kota di wilayah DIY.

Yuna juga mendorong masyarakat untuk berbelanja secara bijak selama harga pangan tinggi.

"Mulai minggu kedua dan seterusnya harga sudah mulai menurun," tandasnya. (HAN)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved