Soal Hotel Jadi Kos-kosan yang Sebabkan Wisatawan Tertipu, Dispar Sleman Turunkan Tim Internal

Narasi yang beredar di media sosial, wisatawan tersebut memesan hotel di wilayah Pogung Lor, menggunakan aplikasi online.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Istimewa
ilustrasi Hotel 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman menurunkan tim internal untuk mengklarifikasi persoalan bangunan hotel yang berubah menjadi indekos.

Sebelumnya, ada wisatawan yang sedang liburan di Yogyakarta sambat di media sosial, karena merasa tertipu sudah booking hotel di wilayah Pogung Lor, Kabupaten Sleman melalui aplikasi.

Namun ketika didatangi kondisinya tutup, sebab bangunan hotel beralih menjadi Indekos. 

"Kami terjunkan tim buat klarifikasi kejadiannya seperti apa, sehingga kita bisa memberikan solusi," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Ishadi Zayid, Jumat (3/1/2025). 

Menurut dia, pihaknya sudah memerintahkan jajarannya di bidang SDM untuk turun ke lapangan, melakukan klarifikasi terkait dengan kejadian tersebut.

Narasi yang beredar di media sosial, wisatawan tersebut memesan hotel di wilayah Pogung Lor, menggunakan aplikasi online.

Nantinya akan dicek, apakah pengelola hotel, ditembusi atau terkoneksi dengan penyedia jasa aplikasi tersebut atau tidak. 

Penyedia jasa aplikasi dengan pihak pengelola hotel umumnya saling terkoneksi atau sudah ada hubungan kerjasama.

Akan tetapi, walupun sudah ada kerjasama kasusnya bisa saja pihak hotel yang kini telah mengubah bisnisnya menjadi Indekos, ternyata tidak mengupdate informasi diaplikasi, sehingga informasi yang ditampilkan masih sebagai hotel

Kemungkinan lain, antara penyedia jasa aplikasi tidak ada kerjasama sama sekali dengan pihak pengelola hotel.

Artinya, jika pengelola hotel merasa tidak ditembusi oleh penyedia aplikasi, maka Ia beranggapan permalasahan tersebut berpotensi menjadi kasus penipuan. 

"Makanya saya imbau wisatawan harus hati-hati jika mau booking hotel online. Kita coba nanti klarifikasi, kejadiannya seperti apa dan solusinya seperti apa," ujar Ishadi. 

Baca juga: VIRAL, Wisatawan Sudah Booking Hotel di Sleman, Begitu Disamperin Ternyata Jadi Kos-kosan

"Kita juga akan coba kerjasama dengan PHRI. Agar kasus serupa tidak terjadi lagi," imbuh dia. 

Diberitakan sebelumnya, ramai informasi di media sosial, pengalaman kurang menyenangkan dialami sekelompok wisatawan saat berlibur ke Yogyakarta.

Wisatawan tersebut mengaku sudah memesan hotel di wilayah Pogung Lor, Kabupaten Sleman melalui aplikasi, tetapi ketika mendatangi lokasi, ternyata hotel tersebut tutup karena sudah beralih fungsi menjadi bangunan indekos.

Mengenai persoalan tersebut, Ketua BPC Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Sleman, Andhu Pakerti, telah memastikan bahwa hotel yang bersangkutan belum menjadi anggota PHRI.

Adapun terkait adanya perubahan bisnis dari hotel ke kos-kosan, ia berpandangan bahwa hal tersebut adalah hak pemilik karena mungkin terkait pasar yang ditentukan. 

Hanya, Andhu menegaskan apabila wisatawan berlibur menggunakan jasa online travel agent (OTA), wisatawan perlu memastikan betul karena OTA belum tentu mengupdate kondisi terbaru mengenai merchant atau pelaku usaha jasa. 

"Sekedar gambaran kerjasama OTA Dan property hotel, sifatnya komisi. Dan jika ada pembayaran pun, pihak hotel baru terima 1 bulan berikutnya dari OTA," jelasnya. 

Andhu kemudian memberi saran kepada wisatawan agar tidak tertipu ketika memesan hotel.

Menurut dia, ada empat hal yang perlu diperhatikan yakni place, price, review dan rating.

Wisatawan perlu mengecek tempat (place) melalui google maps atau google secara umum dan mengontak telefon front office yang bersangkutan.

Nomor telefon biasanya tertera di google business penyedia jasa.

Berikutnya, wisatawan perlu memerhatikan harga (price).

Harga ini bersifat relatif bisa dicek di best price melalui agen maupun direct book front office. 

Di samping itu, review dan rating juga bisa dijadikan parameter untuk memilih hotel yang akan disinggahi.

Pengecekan review secara sederhana dapat dilihat melalui google. Wisatawan juga disarankan jangan hanya tergiur dengan harga murah saja. 

"Belum tentu properti yang bersangkutan memiliki program yang ditawarkan sebagaimana di iklan. Karena sekali lagi online travel agen hanya sebagai jembatan untuk reservasi. Sedangkan keputusan ada di properti tersebut," ujar dia.(*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved