Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Menyerang Ternak di DIY, Vaksinasi dan Pengawasan Diperketat

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali ditemukan menyerang ternak sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali ditemukan menyerang ternak sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Ir. Syam Arjayanti, M.P.A., menjelaskan bahwa penyebaran PMK di Yogyakarta mayoritas disebabkan oleh ternak-ternak yang berasal dari luar daerah.

 Virus PMK yang dibawa oleh ternak yang masuk ke wilayah DIY telah menyebabkan wabah ini menyebar ke beberapa kabupaten.

"PMK ini tidak hanya terjadi di Yogyakarta. Sebagian besar kasus di daerah ini berasal dari ternak yang datang dari luar. Ternak yang membawa virus tersebut menyebabkan penyebaran PMK di Yogyakarta," ujar Syam Arjayanti, Kamis (2/1/2025).

Berdasarkan data terbaru, kasus PMK telah tercatat di tiga kabupaten, yaitu Sleman, Gunungkidul, dan Bantul.

Namun, Syam menegaskan bahwa Kota Yogyakarta dan Kulon Progo masih tercatat bebas dari kasus PMK hingga saat ini.

"Sejak minggu terakhir Desember, kami telah melakukan vaksinasi pada ternak sapi. Vaksinasi ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun. Tahun lalu, kami juga melanjutkan program vaksinasi ini untuk menjaga kestabilan kesehatan ternak," tambah Syam.

Baca juga: Wabah PMK Kembali Jangkiti Sapi di Gunungkidul, Kementan Siapkan Vaksinasi Massal

Vaksinasi Dosis Terkini, Sasar 1.250 Ekor Sapi

Pemerintah DIY melalui DPKP DIY telah menerima 50 botol vaksin dari Kementerian Pertanian yang diajukan melalui Asosiasi Peternak Pedaging Indonesia (APPSI).

Setiap botol vaksin dapat digunakan untuk 25 ekor sapi, sehingga dengan 50 botol vaksin yang diterima, target vaksinasi untuk sekitar 1.250 ekor sapi di DIY telah ditetapkan.

Proses vaksinasi ini sudah dimulai pada minggu terakhir Desember 2024 dan diperkirakan akan selesai dalam waktu dekat.

Syam juga menjelaskan bahwa selain vaksinasi, DPKP DIY juga melakukan berbagai upaya lain untuk mengurangi dampak wabah PMK, di antaranya dengan meningkatkan stamina ternak melalui pemberian vitamin, pakan yang cukup, serta menjaga kebersihan kandang dengan menerapkan biosecurity yang ketat.

Untuk mencegah penyebaran PMK semakin meluas, DPKP DIY bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, asosiasi peternak, dan instansi terkait lainnya.

Surat edaran dari Kementerian Pertanian juga sudah diterbitkan untuk memperketat pengawasan terhadap lalu lintas ternak yang masuk dan keluar dari wilayah DIY.

Hal ini bertujuan untuk meminimalisir risiko penyebaran virus PMK antar daerah.

"Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi dan asosiasi peternak, serta mengedukasi peternak tentang pentingnya penerapan biosecurity yang ketat di kandang ternak mereka. Selain itu, kami juga memperketat pengawasan terhadap lalu lintas ternak, baik yang keluar maupun masuk ke DIY," ujar Syam.

Syam Arjayanti mengimbau kepada seluruh peternak untuk lebih disiplin dalam menerapkan biosecurity di kandang ternak mereka.

Salah satunya adalah dengan mengisolasi ternak yang dibeli dari luar daerah terlebih dahulu sebelum dicampur dengan ternak yang ada di kandang.

Pembatasan pengunjung ke kandang juga menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko penyebaran PMK.

"Harapan kami, para peternak di DIY semakin menyadari pentingnya vaksinasi, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun vaksinasi mandiri. Kami ingin vaksinasi ini menjadi kebutuhan utama dalam mencegah penyebaran penyakit ini, bukan hanya menunggu adanya kasus," urainya.

Syam menambahkan bahwa meskipun vaksinasi dilakukan secara rutin, keberhasilan pengendalian PMK di lapangan sangat bergantung pada kesadaran dan kerjasama antara pemerintah, peternak, serta seluruh elemen masyarakat.

"Vaksin itu harganya relatif terjangkau dibandingkan dengan kerugian yang bisa ditimbulkan akibat wabah PMK. Kami berharap peternak bisa melakukan vaksinasi secara mandiri, sehingga ternak mereka terlindungi dari penyakit ini dan dampaknya bisa diminimalisir," tutup Syam. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved