Serangan Kera Ekor Panjang Resahkan Warga di Kawasan Kebun Buah Mangunan
Beberapa hari terakhir, kera ekor panjang kerap bermunculan di sejumlah tempat di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Beberapa hari terakhir, kera ekor panjang kerap bermunculan di sejumlah tempat di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Kemunculan kera ekor panjang itu cukup meresahkan, lantaran merugikan masyarakat.
Satu di antaranya dirasakan oleh pihak pengelola Kebun Buah Mangunan yang berada di Kalurahan Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupeten Bantul.
Koordinator Kebun Buah Mangunan, Rudiyatmi, mengatakan, kemunculan kera ekor panjang itu memberikan dampak negatif untuk wisata Kebun Buah Mangunan.
"Kadang kera ekor panjang itu merusak rumput, mencuri buah, dan kadang-kadang sampai ada yang mencuri dagangan di warung-warung obyek wisata kami," katanya, saat dikonfirmasi, Kamis (12/12/2024)
Tidak hanya itu saja, terkadang kera ekor panjang juga bermuculan di spot-spot wisata seperti di bagian gardu pandang Kebun Buah Mangunan.
Hal itupun membuat para wisatawan ketakutan meski hewan mamalia itu tidak menyerang.
"Kondisi seperti itu sebenarnya sudah lama sekali. Sudah ada bertahun-tahun. Karena sebetulnya kera ekor panjang itu kan sudah ada sejak dulu, tapi semakin lama sekitar tahun 2015-an, populasi meraka semakin banyak dan terbagi menjadi koloni-koloni," jelasnya.
Baca juga: Warga Kaliurang Timur Ramai-ramai Bikin Benteng Alami Hadapi Kera Merapi
Rudiyatmi menduga, bertambahnya populasi kera itu membuat kebutuhan makanan semakin bertambah.
Sementara sumber makanan yang ada di dalam hutan tetap sehingga membuat para kera semakin kesulitan untuk mencari makan.
Hal itu akhirnya membuat para kera kerap mencuri buah atau makanan yang ada di Kebun Buah Mangunan. Tidak hanya itu saja, kera ekor panjang juga kerap mencuri buah-buah milik kebun masyarakat setempat.
"Jadi semua jenis buah itu sepertinya monyet mau ambil, kecuali durian dan alpukat. Kalau rambutan, mangga, blimbing, jambu, pisang, dan pepaya itu mereka mau," ujarnya.
"Kami berharap kepada pemerintah untuk bisa melakukan penanganan lebih lanjut. Kalau bisa dikonservasi, dikurangi populasinya dengan tidak menyakiti mereka, atau lewat langkah lain. Karena kami kan tidak begitu paham dengan penanganan kera ekor panjang itu ya," jelas dia.
Menurut Rudiyatmi, upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi dampak kerusakan akibat serangan kera ekor panjang ini hanya dengan memasang jaring dan memindahkan semut ngangrang di pohon-pohon buah.
"Kera ekor panjang itu kan takut sama semut rangrang. Jadi, pohon-pohon di tempat wisata kami diberi semut rangrang itu," tutur Rudiyatmi.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Joko Waluyo, mengatakan, pihaknya sudah kerap menerima laporan dari masyarakat maupun petani soal kerusakan dan kerugian yang disebabkan oleh kemunculan kera ekor panjang.
"Kera ekor panjang itu sudah menyerang di empat kapanewon. Ada di Kapanewon Dlingo, Imogiri, Pundong, dan Piyungan. Jadi kera itu laper dan menyerang tanaman polowijo juga," jelasya.
Joko pun mengaku mengalami kesulitan dan sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan sejumlah belah pihak termasuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan lembaga-lembaga lain untuk menanganai kemunculan kera ekor panjang. Sayangnya, sampai saat ini belum ada jalan keluar yang paling baik.
"Akhirnya, salah satu solusi yang kami lakukan adalah pemandulan atau suntik mandul untuk kera ekor panjang itu. Tapi, kami juga perlu legitimasi kekuatan hukum itu seperti apa, karena kita tidak mau salah bergerak," jelasnya.
Tindakan pemandulan kera ekor panjang itu dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak menyakiti kera ekor panjang.
Tindakan pemandulan itu dilakukan untuk mengurangui populasi kera ekor panjang. Sebab, satu pejantan kera ekor panjang bisa mengawini 70 betina kera ekor panjang dalam sehari.
"Lalu masa birahi kera itu sekitar 11 hari. Berati satu pejantan kera ekor panjang bisa mengawini 770 betina kera ekor panjang dalam 11 hari. Dari situ, akhirnya sumber makan mereka bisa berkurang dan masuk ke lingkungan masyarakat," tandasnya.(nei)
Wow! Ada Pendongeng Australia dan Singapura di Pagelaran Dongeng Jogja 2025 |
![]() |
---|
Menjelang Idul Adha, DIY Masih Kekurangan Hewan Kurban |
![]() |
---|
Harga Ayam Hidup di DIY Anjlok dari Rp21.000 Menjadi Rp15.000 |
![]() |
---|
Peternak Diimbau Isolasi Hewan Baru untuk Cegah Penyebaran PMK |
![]() |
---|
Pembatasan Lalu Lintas Ternak di DIY Tunggu Instruksi Gubernur untuk Cegah PMK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.