Tingginya Kekerasan Terhadap Anak di Sleman jadi Perhatian Pimpinan Dewan 

Kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Sleman masih cukup tinggi dimana pada 2024 ini ada 164 anak yang jadi korban

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Ketua DPRD Sleman 2024-2029, Y Gustan Ganda (nomor dua dari kiri) 

Di sekolah, psikolog melakukan skrining untuk mengetahui kondisi anak-anak di sekolah.

Apakah kondisinya baik-baik saja atau ada masalah. Ternyata hasil skrining yang ditangani psikolog terdapat beragam masalah. Ada yang sampai halusinasi, hingga berkeinginan bunuh diri. 

"Nah ini memang saya katakan, kalau seperti ini caranya, warning lah. Jadi ini sudah darurat, kita harus betul-betul mencari terobosan, cara untuk bagaimana memahamkan kepada anak dan bahkan kepada orang tua.  Jadi ini problemnya seperti itu," kata Wildan.

Menurut dia, ada problem yang dihadapi ketika upaya edukasi dalam forum parenting dilakukan di sekolah.

Pihak sekolah ternyata kesulitan untuk menghadirkan orangtua si anak yang bermasalah.

Ketika forum parenting orangtua siswa saja tidak datang maka edukasi tidak mungkin tersampaikan. 

Karena itu, Wildan menawarkan solusi dengan menyiapkan psikolog datang langsung berkunjung jika ada orangtua yang sedang dalam masalah.

Harapannya bisa diketahui problem dan mengurai akar permalasahan yang dihadapi orangtua. Cara ini ditempuh agar dapat menekan angka kekerasan terhadap anak. 

Sepanjang tahun 2024 ini sudah ada 164 anak di Sleman yang menjadi korban kekerasan. Mayoritas anak laki-laki dengan jumlah 117 anak.

Sedangkan 47 lainnya adalah anak perempuan. Mereka berusia di bawah 18 tahun. Terhadap anak yang menjadi korban kekerasan, Wildan mengaku sudah melakukan pendampingan. 

"Semuanya memang kami dampingi sesuai kondisi korban masing-masing," kata dia. 

Pendampingan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan sangat penting.

Sebab, ketika anak mengalami depresi namun tidak menemukan tempat sandaran yang tepat untuk bercerita, maka cenderung bisa melukai diri sendiri. Bahkan dalam beberapa kasus bisa sampai bunuh diri. 

"Jadi ini yang harus kita antisipasi. Jangan sampai mereka jatuh ke sana, sehingga kita segera untuk memberikan pendampingan. Kita akan menolong anak ini dengan pendampingan ahlinya, psikologi ini, sehingga mereka tahu caranya untuk membimbing anak itu kembali kepada mindset yang benar," kata dia.(rif)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved