Tren Kasus HIV/AIDS DIY 2024: Laki-laki Mendominasi, Dinkes DIY Gencarkan Edukasi dan Pengobatan

Hingga semester pertama tahun 2024, jumlah kumulatif penderita HIV di DIY tercatat 8.195 orang, dengan 2.313 penderita masuk dalam kategori AIDS.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengungkapkan bahwa tren angka kejadian HIV/AIDS di DIY terus mengalami peningkatan kumulatif dari tahun ke tahun, terutama karena pengobatan HIV/AIDS yang membutuhkan penanganan seumur hidup.

Pada tahun 2021, tercatat sebanyak 327 kasus HIV dan 107 kasus AIDS di DIY. Angka ini meningkat signifikan pada tahun 2022, dengan 830 kasus HIV dan 193 kasus AIDS.

Di tahun 2023, jumlahnya kembali melonjak dengan 957 kasus HIV dan 205 kasus AIDS.

Hingga semester pertama tahun 2024, jumlah kumulatif penderita HIV di DIY tercatat mencapai 8.195 orang, dengan 2.313 penderita masuk dalam kategori AIDS.

Terkait distribusi kasus, Pembayun menjelaskan bahwa data DIY pada semester pertama 2024 menunjukkan dominasi kasus di kalangan laki-laki.

Dari total 8.195 kasus HIV, sebanyak 5.815 adalah laki-laki, sedangkan 2.304 kasus HIV lainnya adalah perempuan.

Adapun untuk kategori AIDS, sebanyak 1.558 kasus terjadi pada laki-laki dan 741 pada perempuan.

Sementara itu, ada 76 kasus HIV dan 14 kasus AIDS dengan jenis kelamin yang tidak diketahui.

Profesi penderita HIV/AIDS di DIY sangat bervariasi.

 Data mencatat sejumlah profesi terkait, seperti wiraswasta, tenaga non-profesional, mahasiswa, ibu rumah tangga (IRT), buruh kasar, pekerja seks, hingga mereka yang tidak mencatatkan profesi secara spesifik.

Meskipun demikian, ibu rumah tangga (IRT) turut menjadi salah satu kelompok yang tercatat dalam data penderita HIV/AIDS.

Baca juga: Kemenkumham DIY Perkuat Layanan Kesehatan untuk Warga Binaan, Sasar TBC dan HIV/AIDS

Pengobatan Terintegrasi dengan JKN/BPJS

Dalam upaya pengobatan, Dinkes DIY memastikan bahwa pengobatan untuk pasien HIV/AIDS terintegrasi dengan sistem JKN/BPJS Kesehatan.

Obat yang diberikan merupakan obat program pemerintah, dan pengobatan dimulai sesegera mungkin setelah pasien terdiagnosis HIV/AIDS.

"Pemantauan pengobatan pun dilakukan dengan pemeriksaan Viral Load setiap tahun untuk memastikan efektivitas pengobatan. Dinkes DIY juga mendukung adanya komunitas pendampingan untuk memastikan pasien mengikuti pengobatan secara rutin," ujar Pembajun.

"Upaya pencegahan HIV/AIDS di DIY terus digencarkan oleh Dinkes DIY. Salah satu program utama adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, khususnya remaja, melalui berbagai media. Kerjasama lintas sektor juga dilakukan untuk meningkatkan literasi kesehatan terkait HIV/AIDS, melibatkan OPD terkait, kampus, LSM, serta pemangku kepentingan lainnya," tambahnya.

Dinkes DIY juga menyediakan logistik pencegahan dan skrining untuk populasi berisiko, termasuk ibu hamil melalui program Triple Eliminasi yang mencakup deteksi dini HIV, sifilis, dan hepatitis bagi ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya.

Selain itu, program pencegahan penyakit Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) juga terus dilakukan, dengan tindak lanjut pasca skrining pada pendonor darah yang reaktif.

Pembayun Setyaningastutie juga menyampaikan imbauan kepada masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta menghindari perilaku berisiko.

Bagi individu yang berisiko, Dinkes DIY mendorong mereka untuk menjalani edukasi dengan prinsip SAVE (Sehat & Aman Berperilaku; Akses Pengobatan, Volunter Konseling dan Tes; Edukasi & Pemberdayaan).

Penguatan ketahanan keluarga, pendidikan, dan sistem sosial masyarakat diharapkan dapat mencegah perilaku berisiko.

Selain itu, Dinkes DIY juga menekankan pentingnya menghindari stigma dan diskriminasi terhadap penyandang HIV/AIDS.

Dukungan untuk pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan yang patuh harus terus digalakkan, termasuk pemantauan pengobatan secara rutin dengan pemeriksaan Viral Load.

Dukungan psikososial juga dianggap penting dalam keberhasilan pengobatan dan perawatan bagi penderita HIV/AIDS. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved