Kasus DBD di Kota Yogya Meningkat, Warga Diimbau Konsisten Terapkan PSN dan 4M
Tren penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Yogya sepanjang 2024 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tren penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Yogya sepanjang 2024 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
Oleh sebab itu, memasuki musim penghujan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogya meminta warga masyarakat supaya meningkatkan kewaspadaannya.
Kasi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogya, Endang Sri Rahayu, menuturkan, hingga Oktober 2024 terdapat 238 kasus DBD, plus 2 kasus sampai pertengahan November 2024 ini.
Ia pun tidak menampik, ada kenaikan sebaran DBD dibanding tahun lalu, yang diklaimnya terjadi juga di hampir seluruh daerah di Indonesia.
"Untuk di Kota Yogya, kasus DBD pada 2023 sebanyak 88 kasus, kemudian pada 2022 ada 174 kasus dan 2021 ada 92 kasus," ungkapnya, Jumat (15/11/2024).
Endang pun menyatakan, sebagian besar pasien DBD di Kota Yogya merupakan anak-anak, namun dapat dipastikan tidak ada yang meninggal dunia.
Berdasarkan laporan melalui kewaspadaan dini rumah sakit atau KDRS, pasien DBD yang menjalani rawat inap di fasilitas kesehatan semuanya dinyatakan sembuh.
"Paling banyak kasus DBD terjadi di Kelurahan Sorosutan, ada 17 kasus, lalu di Kricak 15 kasus dan Wirogunan 14 kasus. Sebenarnya hampir merata wilayahnya dan angkanya fluktuatif," cetusnya.
Baca juga: Hingga Minggu ke-43 2024 , Dinkes Klaten Catat Kasus DBD Capai 1.146 Kasus dengan 31 Angka Kematian
Oleh sebab itu, pihaknya pun mengimbau masyarakat supaya melakukan pencegahan DBD dengan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN.
Kemudian, menerapkan 4M plus, yaitu menguras bak mandi dan tempat penampungan air, menutupnya agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, memantau jentik nyamuk dan mengubur barang bekas.
"Ada juga inovasi bekerjasama dengan Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada, melalui implementasi teknologi nyamuk ber-wolbachia dalam pengendalian DBD," cetusnya.
"Terutama menghadapi musim penghujan seperti sekarang ini ya, kami mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap DBD," tambah Endang.
Sementara, Kepala Puskesmas Umbulharjo I, Yunita Haryanti, mengatakan, penanganan dan pengendalian DBD di wilayahnya dilakukan dengan edukasi pencegahan secara langsung kepada masyarakat
Yakni, dengan mengajak dan mengimbau masyarakat untuk menerapkan 4M plus dan PSN secara konsisten, khususnya menghadapi musim penghujan ini.
"Kami juga memanfaatkan media sosial untuk edukasi melalui konten ataupun infografis. Selain itu, dilakukan juga abatisasi atau pemberian serbuk abate pada tempat-tempat yang digenangi air," katanya.
"Itu efektif untuk membunuh jentik nyamuk aedes aegypti dan mencegah wabah DBD. Kemudian, fogging sesuai SOP berdasarkan penyelidikan epidemiologi juga kami lakukan," pungkas Yunita. (aka)
Waspada DBD Meningkat di Gunungkidul, hingga Juni Tercatat 330 Kasus |
![]() |
---|
Ratusan Warga di Sleman Terjangkit DBD Sepanjang 2025 |
![]() |
---|
Hingga Pertengahan Mei 2025, Angka Demam Berdarah di Bantul Tembus 372 Kasus |
![]() |
---|
Yogyakarta Luncurkan Program Bebas DBD, Terjunkan Jumantik Jangkau 50 Ribu Warga |
![]() |
---|
Kasus DBD di Gunungkidul Menurun Signifikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.