Kondisi Cuaca Tak Menentu, Kasus ISPA di Kota Yogyakarta Melonjak

Kasus infeksi saluran pernafasan akut dan faringitis menjadi urutan teratas di penyakit di Kota Pelajar.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
buoyhealth
Ilustrasi batuk 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tren kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan faringitis atau radang tenggorokan di Kota Yogyakarta meningkat pesat dalam kisaran satu pekan terakhir.

Fenomena tersebut, disinyalir sebagai dampak perubahan suhu yang tiba-tiba, angin kencang, hingga tingkat kelembapan yang tinggi, di tengah cuaca yang seringkali tak menentu akhir-akhir ini.

Kasi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, mengatakan pihaknya menerima laporan 485 kasus ISPA selama 13-17 Oktober 2024.

Laporan tersebut dihimpun dari seluruh Puskesmas di wilayah Kota Yogya, dengan rata-rata keluhan seperti batuk, pilek, serta radang di tenggorokan.

"Kondisi cuaca saat ini memang menjadi salah satu faktor risiko utama dalam peningkatan kasus ISPA dan faringitis," tandasnya, Selasa (22/10/2024).

Baca juga: Rawan Penipuan, Pemkot Yogya Minta Warga Tidak Tergiur Janji Kelolosan Tes CPNS

Oleh sebab itu, sebagai upaya antisipasi di tengah peralihan musim kemarau ke penghujan ini, pihaknya mengajak warga masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Yakni, dengan mengonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, rutin berolahraga, serta memperbanyak asupan cairan, untuk menjaga daya tahan tubuh.

"Kemudian, jika merasakan gejala flu, seperti batuk, pilek atau radang tenggorokan, segera memeriksakan diri, agar segera tertangani," jelasnya.

Sementara, Epidemiolog Dinas Kesehatan Kota Yogya, Solikhin Dwi, menambahkan, kasus infeksi saluran pernafasan akut dan faringitis menjadi urutan teratas di penyakit di Kota Pelajar.

Sepanjang 2024, hingga Oktober, pihaknya mencatat 59.092 kasus ISPA, serta 9.420 kasus penyakit faringitis di tengah masyarakat.

"Banyaknya debu mudah terbentuk karena hembusan udara baik dari lintasan kendaraan, maupun cuaca kemarau yang berkepanjangan. Ini menyebabkan penderitanya meningkat," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved