Layanan Internet Gratis dan Transformasi Digital UMKM Masyarakat Pesisir Gunungkidul

Vella mengatakan, dari penjualan online tersebut, ternyata permintaan konsumen mulai beragam tidak lagi sebatas tepung Mocaf saja

Tribun Jogja/Nanda Sagita
Vella Qodziah saat menunjukkan produknya dari olahan tepung Mocaf, Jumat (11/10/2024) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Era digital memaksa semua sendi kehidupan masyarakat untuk  bertransformasi digital agar bisa bertahan.

Termasuk mereka yang hidup di wilayah pesisir Pantai Baron tepatnya di pelosok Desa Kemiri, Kalurahan Kemiri, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul.

Masyarakat pesisir ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.

Namun, seiring berkembangnya teknologi pekerjaan yang dilakoni warga pun semakin beragam, salah satunya menjadi pelaku usaha seperti yang dilakukan oleh UMKM KWT Ngudi Sari. 

UMKM KWT Ngudi Sari merupakan kelompok usaha wanita yang memproduksi tepung mocaf atau tepung berbahan dasar singkong.

Salah satu anggotanya yakni Vella Qodziah (25), dia mengaku bertranformasi digital menjadi salah satu kunci usahanya tersebut bisa bertahan sampai sekarang.

Dia bercerita, awal mulanya usaha yang dikelola perkelompok sejak 2014 itu, sama sekali tidak bersentuhan dengan  digitalisasi. Kemudian, suatu hari ada penyuluhan dari tingkat kabupaten untuk membuat video proses pembuatan tepung Mocaf.

Di mana, video itu berisi mulai dari tahapan  proses pemilihan singkong, proses fermentasi, proses penjemuran, hingga menjadi tepung. 

Baca juga: Pemda DIY dan Ojol Susun Kajian Tarif dan Regulasi Layanan

"Video itu dishare di salah satu akun YouTube milik Pemkab, dengan mencantumkan alamat usaha dan nomor telpon kami. Ternyata penontonnya banyak dan tertarik untuk membeli produk kami. Akhirnya, banyak yang  telepon ke kami untuk pesan itu tepung singkong," paparnya.

Dari reaksi tersebut,  pihaknya pun melihat adanya  peluang pasar yang lebih besar. Hingga, akhirnya perlahan tapi pasti penjualan dari KWT Ngudi Sari pun beralih ke pemasaran digital.

"Yang awalnya kami hanya jualan dari mulut ke mulut, kemudian ngiderkan jualan door to door dari toko satu ke toko lain. Akhirnya, kami jajal jualan online lewat market place ada di Shopee dan Instagram dengan nama akun NgudiSari_Store,"terangnya.

Vella mengatakan, dari penjualan online tersebut, ternyata permintaan konsumen mulai beragam tidak lagi sebatas tepung Mocaf saja.

Akhirnya, perlahan KWT Ngudi Sari mencoba berkreasi membuat makanan turunan dari tepung Mocaf  seperti kukis, maggleng,hingga stik ubi. Ternyata produk turunan itu laku keras.

"Hasilnya dari penjualan online ini mampu menyumbangkan hingga 30 persen dari total penjualan kami,"ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved