Rangkuman Materi IPS Sosiologi Kelas 10 Kurikulum Merdeka: Tindakan Sosial, Interaksi, dan Identitas
Simak artikel berikut untuk mengetahui materi IPS Sosiologi mengenai Tindakan Sosial, Interaksi, dan Identitas.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
b. Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi ini mengarah kepada pertentangan antara pihak yang terlibat.
Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah kompetisi, kontravensi, dan konflik sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetisi adalah proses sosial bilamana para pihak yang terlibat bersaing berebut sesuatu.
2. Kontravensi mewakili bentuk proses disosiatif yang lebih tinggi dibanding persaingan, tetapi tidak sampai mengalami pertentangan.
Ragam bentuk kontravensi adalah penghasutan, penyangkalan, penolakan, dan pengkhianatan.
3. Konflik merupakan proses disosiatif di mana pihak yang terlibat berusaha mencapai tujuannya dengan cara menantang atau menyerang lawan termasuk dengan kekerasan.
Penyebab konflik antara lain adalah perbedaan nilai, kepentingan, kebudayaan, dan sebagainya.
Identitas Sosial
Apakah dari nama kalian akan dikenal? Bagaimana cara membedakan jika di antara kalian ternyata memiliki nama yang sama? Adakah hal lain yang membedakan satu orang dengan orang lain? Sederet pertanyaan tersebut sesungguhnya sedang mengajak kalian untuk mendiskusikan tentang identitas.
Diskusi tentang identitas menyangkut bagaimana identitas dibentuk dan terbentuk serta konsekuensi identitas dan refleksi atas konsekuensi identitas tersebut.
a. Pengertian Identitas
Dalam KBBI, kata identitas mengandung pengertian “ciri-ciri, keadaan khusus seseorang, atau jati diri.
Pada umumnya identitas disandarkan pada ciri yang bersifat alamiah, seperti jenis kelamin atau identitas berbasis genetik seperti ras yangbiasanya lebih mudah dikenali secara fisik.
Terdapat pula identitas yang tidak berangkat dari ciri-ciri alamiah namun karena dilekatkan secara sosial, seperti identitas berbasis agama dan suku/ etnis.
Identitas jenis itu dapat diamati melalui praktik-praktik kehidupan sosial seseorang, misalnya praktik beribadah atau tradisi yang dirawat dan diwariskan oleh suku-suku yang ada.
Identitas juga dapat dikaitkan dengan ciri-ciri seperti gaya hidup, keyakinan, bahkan orientasi seksual.
Secara singkat, identitas adalah cerminan diri yang berasal dari gender, tradisi, etnis dan proses sosialisasi.
b. Pembentukan Identitas
Sebagaimana disampaikan oleh Stuart Hall (1990), pembentukan identitas dapat diteropong dalam dua cara pandang, yaitu identitas sebagai wujud (identity as being) dan identitas sebagai proses menjadi (identity as becaming).
- Identitas sebagai wujud (identity as being), ditempatkan sebagai ciri-ciri yang terbentuk, dimana diterima sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi oleh para penggunanya.
Ciri-ciri ini melekat sejak dari awal permulaan yang terbentuk secara alamiah atau dengan sendirinya.
- Identitas sebagai proses menjadi (identity as becaming), yaitu dipahami sebagai ciri-ciri yang dibentuk melalui proses sosial.
c. Konsekuensi Identitas Sosial: Eksklusi dan Inklusi
Akhir-akhir ini, terjadi banyak konflik yang berakhir dengan jatuhnya korban jiwa.
Adakah kalian pernah berfikir bagaimana konflik-konflik tersebut dapat terjadi? Di kalangan pelajar acap kali kita menyaksikan tawuran antarsekolah.
Konflik juga dapat berupa tawuran antarkampung, perkelahian massal suporter bola, hingga konflik paling sensitif yakni konflik berbasis SARA.
Beragam konflik yang terjadi jika dilihat dari jenis konflik yang ada, berpangkal pada satu hal yakni identitas.
Identitas menjadi dasar bagi seseorang untuk mengikatkan dirinya pada komunitas atau kelompoknya yang memunculkan kedekatan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan identitas.
Ikatan-ikatan inilah yang pada akhirnya membuat perbedaan antar kelompok.
Dari identitas melahirkan perasaan dan keinginan untuk membedakan satu di antara yang lain dan akan memicu pemikiran superioritas.
Pada titik ini sesungguhnya kelompok menjadi eksklusif atau membatasi dirinya dengan kelompok lain.
Eksklusifitas sangat rawan menyinggung pihak lain yang tidak sepaham dengannya, dimana pemikiran tersebut dapat memicu ketegangan antarpihak yang dapat berujung konflik sosial.
Keragaman identitas di Indonesia seharusnya dipandang sebagai kekayaan identitas di mana kekayaan tersebut justru menjadi kekuatan bangsa dalam menatap masa depan yang lebih baik bukan menjadi perpecahan dalam bangsa.
Baca juga: Rangkuman Materi IPS Sosiologi SMA Kelas 10 Kurikulum merdeka: Penelitian Sosial
(MG Alya Hasna Khoirunnisa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.