Deflasi Beruntun hingga PHK Massal, Adakah Harapan untuk Indonesia? Begini Kata Pakar Ekonomi

Susilo menjelaskan bahwa pemerintah perlu mulai melakukan berbagai upaya, baik melalui kebijakan fiskal maupun moneter.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Istimewa
Ilustrasi : Deflasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Berita deflasi beruntun selama lima bulan terakhir hingga pemutusan hak kerja (PHK) besar-besaran di Indonesia membuat pertumbuhan ekonomi dalam negeri terkesan muram.

Adakah harapan bagi Indonesia?

Dr. Y. Sri Susilo, SE, M.Si, Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menjelaskan, apa yang terjadi saat ini tidak lepas dari pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.

Pemulihan ekonomi Indonesia setelah pandemi masih menghadapi berbagai tantangan yang kompleks.

Susilo menjelaskan, laju pemulihan ekonomi berjalan lambat dan tidak merata di berbagai sektor.

Selain dampak dari pandemi, faktor eksternal seperti ketidakstabilan harga minyak dan pangan global turut memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Kondisi ekonomi kita saat ini tidak terlepas dari pandemi. Ibaratnya seperti proses pemulihan yang lambat. Setelah pandemi, pertumbuhan ekonomi sempat negatif, mulai bergerak perlahan, namun tidak semua sektor bergerak dengan kecepatan yang sama,” ujar Dr. Susilo.

Menurutnya, sektor-sektor tertentu mampu pulih lebih cepat, namun secara agregat banyak yang masih berjalan lambat.

Kondisi ini diperparah dengan munculnya konflik global, seperti perang di Timur Tengah, yang menyebabkan harga minyak dunia melambung.

Ada juga invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan harga pangan tinggi. Padahal, kedua komoditas itu memengaruhi pergerakan ekonomi dunia.

“Harga minyak dan pangan sangat memengaruhi ekonomi dunia. Jika keduanya stabil, maka ekonomi akan baik-baik saja. Sayangnya, harga-harga ini sangat fluktuatif, sehingga berdampak besar pada ekonomi global, termasuk Indonesia,” lanjutnya.

Baca juga: Serikat Pekerja Bicara Nasib Pekerja Ritel di Sleman di Tengah Deflasi Beruntun 

Kondisi ini juga berimbas pada ekonomi domestik.

“Bank Sentral Amerika, The Fed, menaikkan suku bunga, sehingga banyak mata uang, termasuk Rupiah, melemah. Ini juga berdampak pada daya beli masyarakat kita,” tambah Dr. Susilo.

Di sektor industri, khususnya tekstil, Indonesia mengalami tekanan akibat tingginya impor.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved