Media Dituntut Kreatif dan Inovatif Hadapi Perkembangan Zaman
Agar bisa bertahan, media harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANDUNG - Perkembangan teknologi saat ini membuat bisnis media menjadi semakin berat. Agar bisa bertahan, media harus beradaptasi dengan perkembangan yang ada.
Menurut Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Dewan Pers, Tri Agung Kristanto saat ini media tidak bisa hanya mengandalkan sirkulasi yang berkaitan oplah dan iklan. Digitalisasi yang terjadi memaksa media mengembangkan media.
“Media cetak kemudian merambah media online, televisi juga kemudian mengembangkan media online. Karena digitalisasi, media juga harus berkembang dan beradaptasi. Dulu cepet-cepatan, tetapi kemudian muncul SEO (optimisasi mesin pencarian), supaya beritanya trending,” katanya dalam Capacity Building untuk wartawan ekonomi mitra Bank Indonesia Perwakilan DIY, Kamis (26/09/2024).
“Tetapi sekarang SEO nggak ada lagi, karena bicara overview (ringkasan). Jadi ketika mencari informasi di Google, sekarang sudah ada ringkasannya, tidak muncul domain medianya. Pembaca cukup membaca ringkasan itu saja, tidak perlu membaca melalui portal berita. Untuk media yang mengandalkan page view, tentu akan kehilangan 40-80 persen pendapatan karena Google search AI overview. Sehingga bisnis media semakin berat,” sambungnya.
Baca juga: Ini Hasil Kesepakatan Warga Bong Suwung dengan Daop 6 Yogyakarta Soal Sterilisasi Kawasan
Itulah sebabnya, media harus bekerja secara kreatif dan inovatif. Jika media hanya mengandalkan oplah dan iklan, maka media tidak akan mampu bertahan. Hal itu karena semakin hari oplah dan iklan cenderung menurun.
Untuk itu, ia mendorong media untuk bertahan dengan mengembangkan unit usaha lain untuk mendukung kegiatan jurnalisme media.
“Ada banyak cara agar media bisa bertahan dan mengembangkan jurnalismenya. Media bisa mengembangkan institut, dengan pelatihan, bisa mengembangkan manajemen talent, ada sekitar 13 usaha yang bisa menjadi celah untuk menghidupi jurnalisme,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Tim Implementasi Kajian Ekonomi Daerah (KEKDA) BI DIY, Dian Wening Tiastuti berharap capacity building dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi wartawan ekonomi di DIY. Di samping itu, ia juga berharap kemitraan antara wartawan dan BI DIY terus terjalin baik.
“Tentunya kami juga ingin agar ilmu yang didapatkan ini bermanfaat dan dapat menerapkan kode etik jurnalistik, sehingga dapat menjaga kepercayaan publik,” imbuhnya. (maw)
Dua Media Center Didirikan untuk Pendataan pada Perhelatan PORDA dan PEPARDA DIY 2025 di Gunungkidul |
![]() |
---|
PSLH UGM dan Tribun Jogja Bersinergi untuk Edukasi Lingkungan dan Literasi Hijau |
![]() |
---|
Media Massa DIY Dukung Penuh Porda XVII di Gunungkidul, Soroti Dampak Ekonomi dan Sosial |
![]() |
---|
Muncul Grup 'Gay Jogja' di Sosmed, Ini Langkah Kapolresta Yogyakarta |
![]() |
---|
Polda DIY Beberkan Modus Operandi Dugaan Korupsi Komputer TIK Disdik Gunungkidul |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.