Kisah Tragis Naya Ghazi Bocah Menggemaskan dari Lebanon
Naya Ghazi mencuri perhatian bukan hanya karena ia jadi korban perang. Ia sudah memikat jutaan orang di Tiktok penata rambut Hassan Kreik.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pertempuran intensif akhirnya pecah antara Israel dan Hizbullah Lebanon.
Kedua pihak bertukar serangan roket dan bom sejak dua hari terakhir, meninggalkan luka petaka mengerikan.
Ribuan warga sipil Lebanon bukan anggota Hizbullah jadi korban. Sekurangnya sudah 500 orang meninggal dunia akibat bombardemen bertubi-tubi militer Israel ke Lebanon Selatan dan Beirut.
Di antara rentetan pengeboman itu terselip kisah menyayat tentang Naya Ghazi, bocah berusia 4 tahun berikut keluarga besarnya.
Bom dahsyat Israel menghantam bangunan tempat keluarga Naya tinggal, menghancurkan segalanya, hingga mengubur bocah itu Bersama korban-korban lainnnya.
Sehari setelah peristiwa itu, jasad bocah perempuan lucu itu ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Media sosial Lebanon menyebut Naya jadi martir perlawanan atas Israel.
Baca juga: Bom Pager Lebanon Kejutan di Tengah Ancaman Serbuan Israel
Baca juga: Hizbullah dan Israel di Ambang Perang Besar, Lebanon Siaga Tinggi
Baca juga: Dihadang Roket Iran, Jet Tempur Israel Putar Arah Ketika Coba Terobos Lebanon
Naya Ghazi mencuri perhatian bukan hanya karena ia jadi korban perang. Ia sudah memikat jutaan orang di media sosial Tiktok karena postingan Hassan Kreik, seorang penata rambut di Beirut.
Pria berambut gondrong itu memposting banyak momen menarik klien-kliennya, terutama anak-anak, saat sedang dicukur atau dipotong rambutnya.
Begitu banyak momen lucu, sedih, gembira, diperlihatkan Hassan Kreik dan klien-kliennya saat sedang di salon.
Momen seru setahun lalu saat Naya Ghazi dipotong rambutnya yang tebal keriting, saat konten ini dibuat sudah ditonton 130 juta orang di Tiktok Hassan Kreik.
Tawa bocah ini, dan ekspresinya yang menggemaskan saat ogah dipotong rambutnya, mendatangkan kegembiraan bagi banyak orang.
Dua postingan terbaru Hassan Kreik tentang Naya Ghazi saat sudah dikabarkan jadi korban bombardemen Israel, kini juga sudah ditonton ratusan ribu orang.
Dua video itu mendapat ucapan simpati dari begtu banyak orang. Kedua postingan ini diunggah saat jasad Naya Ghazi belum ditemukan.
Informasi di media Lebanon kemudian menyebutkan, anggota keluarga Naya Ghazi, termasuk tantenya bernama Fatima, seorang perawat, belum ditemukan dari reruntuhan gedung.
Nenek Naya Ghazi, pamannya, dan beberapa kerabatnya yang lain masih dalam pencarian di bawah gedung hunian mereka yang hancur lebur.
Naya Ghazi datang dari Blida, kota kecil di Lebanon Selatan. Naya diiungsikan ke rumah kerabatnya di Beirut karena situasi di Lebanon Selatan sangat berbahaya akibat pertempuran Hizbullah-Israel.

Nah, ke mana arah peperangan Israel versus Hizbullah Lebanon? Akankah pertempuran ini berubah jadi perang total yang akan membakar Lebanon, Israel, Palestina, dan bahkan Suriah?
Kisah mengharukan Naya Ghazi hanyalah bagian kecil dari sisi lain perang panjang dan konflik tak berkesudahan di Timur Tengah.
Israel bukan kali ini saja memerangi rakyat Lebanon. Tahun 2006 pecah pertempuran dahsyat, yang meremukkan sebagian besar Lebanon Selatan.
Perang berlangsung 34 hari nonstop, dan berhenti ketika PBB memaksakan gencatan senjata di antara kedua pihak.
Situasi geopolitik regional dan internasional saat ini tentu sudah berbeda. Israel praktis membuka front konflik dengan lima pihak sekaligus.
Pasukan Israel tak pernah berhenti menggempur target-target di Suriah, Irak, Yaman, dan tentu saja Palestina serta Lebanon.
Posisi Israel sangat kuat karena memperoleh dukungan tak terbatas dari Amerika Serikat dan kekuatan barat.
Dana dan senjata mengalir tiada putus. Semua pelanggaran hukum internasional yang dilakukan Israel dibiarkan dan seperti memperoleh kekebalan.
Panasnya konflik antara Israel dan Hizbullah disulut operasi pengeboman pekan lalu lewat alat komunikasi radio panggil atau penyeranta atau pager.
Ribuan pengguna pager di Lebanon dan Suriah tewas atau luka-luka saat alat mungil itu meledak serentak. Israel diyakini ada di balik operasi intelijen tempur canggih ini.
Ledakan massal penyeranta itu hari berikutnya diikuti rentetan ledakan peralatan handy talky, tape mobil, motor listrik, telepon seluler di gerai-gerai di Lebanon.
Pemimpin Hizbullah dan beberapa pejabat Lebanon mengutuk serangan ini, dan bersumpah akan melakukan pembalasan hebat ke Israel.
Perdana Menteri Israel Beneyamin Netayahu, Menteri Pertahanan Yoaz Gallant, dan Kepala Staf IDF Herzi Halevy mendeklarasikan fase baru operasi militer Israel ke utara.
Sejak Senin pagi, 23 September 2024, pasukan Israel melancarkan lebih dari 800 serangan udara terhadap target-target militer Hizbullah di Lebanon.
Sehari sebelumnya, Israel melancarkan serangan presisi di kawasan Dahiya, Beirut, yang menewaskan Kepala Pasukan Elite Hizbullah, Ibrahim Aqil.
Jajak pendapat di Israel oleh kelompok sayap kanan negara itu memperlihatkan antusiasme responden akan serangan ke Lebanon.
Sebanyak 71 persen responden warga Israel mendukung operasi militer di Lebanon. Hanya 18 persen yang menolak langkah tersebut.
Operasi ke Lebanon Selatan menurut mereka harus dilakukan untuk memulihkan permukiman Israel di dekat perbatasan yang ditinggalkan puluhan ribu penghuninya karena bahaya serangan Hizbullah.
Sejak pecah konflik perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, Hizbullah sebagai wujud solidaritas ke Palestina telah menembakkan lebih dari 8.000 roket ke Israel.
Sebaliknya, Israel juga secara sporadis menyerang ribuan target di Lebanon selatan dan Beirut.
Mereka menewaskan tokoh-tokoh Hizbullah maupun Hamas, menghancurkan peluncur roket, dan mengganggu pasokan senjata dari arah Suriah.
Tapi masalahnya, persenjataan Hizbullah kini jauh lebih kuat dari yang dapat dicerna Israel. Kelompok itu kabarnya menguasai 200.000 rudal, roket, dan mortir.
Mereka juga memiliki ribuan pesawat nirawak, sistem terowongan canggih yang mengesankan, dan pasukan yang terdiri dari 100.000 pejuang terlatih.
Hizbullah juga mendapatkan dukungan kuat dari Iran dan kelompok-kelompok paramiliter di Suriah, satu-satunya negara yang menyediakan akses keluar masuk leluasa dari dan ke Lebanon.
Jual beli serangan sudah dan sedang terjadi antara Israel dan Lebanon. Skalanya sudah intens, dan bisa meningkat cepat jadi perang total.
Apakah Israel akan menggelar serangan darat, sebagaimana dilakukan saat penghancuran Jalur Gaza hingga perbatasan Mesir?
Potensi perang darat ini sangat terbuka. Profesor Isa Blumi dari Universitas Stockholm Swedia memperkirakan Israel akan menerjunkan pasukan khususnya ke Lebanon Selatan.
Selain akan menetralisir kelompok Hizbullah, operasi militer Israel juga bertujuan untuk menguasai sumber daya air di Lebanon selatan.
Menurut Isa Blumi, perluasan perang ke Lebanon Selatan ini didorong kelompok sayap kanan yang agresif dan penyokong utama pendudukan wilayah Palestina.
Mereka ingin menciptakan zona penyangga yang aman, menguasai lahan pertanian yang subur, dan melenyapkan bahaya dari utara.
Tapi profesor ini mengatakan, Israel menyadari mereka tidak akan memenangkan semua pertempuran, tanpa intervensi kekuatan Amerika.
Hizbullah mungkin tidak akan maju duluan di darat. Mereka mungkin memilih memprovokasi Israel untuk menginvasi Lebanon.
Ketika pasukan Israel masuk, jaringan pertahanan gerilya yang luas dan berlapis-lapis akan memberikan harga yang mahal bagi pasukan darat Israel.
Artinya, Israel bisa menggelar serangan darat tapi terbatas. Kegagalan serangan Israel tahun 2006 ke Lebanon Selatan mungkin telah dicatat sebagai pengalaman buruk yang takkan mereka ulang.
Di New York, Menteri Luar Negeri Mesir Badr memperingatkan potensi perang habis-habisan di wilayah itu sangat terbuka.
"Ada kekhawatiran besar tentang... kemungkinan eskalasi di kawasan yang mengarah pada perang regional habis-habisan," kata Abdelatty akhir pekan lalu di Markas PBB.
Meningkatnya permusuhan Israel-Lebanon secara pasti berdampak negatif pada negosiasi gencatan senjata Gaza.
Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat selama berbuan-bulan menjadi mediator gencatan senjata dan perjanjian pembebasan sandera antara Hamas dan Israel.
Abdelatty menyalahkan kebijakan Israel yang provokatif yang memicu lonjakan kekerasan baru-baru ini di Gaza, tepi Barat, dan juga Lebanon.
Hamas menyerang target Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Serangan Hamas ini memicu penghancuran infrastruktur Jalur Gaza oleh Israel, dan merenggut tak kurang 41.000 nyawa penduduk Palestina.
Kisah menyedihkan Naya Ghazi di Beirut, Lebanon, hanyalah satu di antara serpihan luka kemanusiaan akibat peperangan.
Ada begitu banyak anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, para nonkombatan di Palestina, Lebanon, Suriah, Yaman, dan tentu saja juga Israel, yang jadi korban.
Ini belum termasuk korban-korban tak berdosa konflik di Sudan, Somalia, Mali, Myanmar, Ukraina,, Rusia, Nagorno Karabakh, Bolivia, Venezuela, dan banyak spot-spot lain di planet ini.
Bumi yang damai, kehidupan bertetangga negara sejauh ini masih ilusi di tempat-tempat ini. Politik telah menjadikan manusia sebagai pemangsa lainnya.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)
Info Lokasi Nobar Timnas Indonesia vs Lebanon di Jogja, Seru Bareng di Kafe Favorit |
![]() |
---|
Indonesia vs Lebanon: Ajang Uji Ketangguhan Formasi Baru Kluivert |
![]() |
---|
Menanti Magic Patrick Kluivert Lewat Skema Baru 4-2-3-1 |
![]() |
---|
Kick-off Jam Berapa Timnas Indonesia vs Lebanon Hari Ini Senin 8 September 2025? |
![]() |
---|
Daftar Pemain Timnas Indonesia di FIFA Matchday, Ada 3 Nama Baru, Ini Daftarnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.