Poem Bengsing Semarakkan Hari Literasi Internasional Lewat Kostum Koran

Poem Bengsing selalu mengikuti tema setiap event yang dihadirinya. Namun tetap dengan konsep dan gaya pertunjukkan ala Poem Bengsing.

Penulis: Santo Ari | Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Penampilan Poem Bengsing di Jogja Book Fair, Selasa (17/9/2024), malam kemarin. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hari Literasi Internasional diperingati di seluruh belahan dunia setiap tanggal 8 September. Jogja yang identik dengan seni, budaya dan ekosistem literasinya memiliki cara tersendiri untuk merayakannya.  

Salah satu perayaan ini ditunjukan oleh Poem Bengsing, kelompok musik yang erat dengan seni artistik. Mereka memanfaatkan surat kabar untuk kostum. Gaungkan literasi, salah satunya dengan membaca berita.

Setiap pertunjukkan dari kelompok musik tersebut selalu terkesan nyleneh. Hal itu merupakan konsep yang telah digodok dan disepakati oleh seluruh personil.

Poem Bengsing selalu mengikuti tema setiap event yang dihadirinya. Namun tetap dengan konsep dan gaya pertunjukkan ala Poem Bengsing.

"Band ini berangkat dari sastra dan seni, 'Poem' yang berarti puisi 'Beng' merupakan penyebutan kata band logat Jawa dan 'Sing' adalah bernyanyi," ujar vokalis Poem Bengsing, Andre Surawan saat tampil di Jogja Book Fair, Selasa (17/9/2024), malam kemarin.  

Di pertengahan penampilannya, gendhing Kebo Giro tiba-tiba dimainkan. Gendhing tersebut mengawali prosesi penyerahan donasi buku yang langsung diberikan kerabat Poem Bengsing kepada panitia acara.

Baca juga: HUT ke-220 Klaten Ditutup Konser Gilga dan Happy Asmara, Ribuan Warga Penuhi Alun-alun Klaten

Seniman yang terkenal dengan julukan Tikus itu mengungkapkan, keikutsertaanya dalam menyemarakkan Hari Literasi Internasional merupakan suatu keharusan.

Sebagai Band yang banyak melahirkan karya dari puisi-puisi, sudah sepantasnya mereka hadir untuk mengusung isu literasi.

Pertunjukan kali ini, seluruh personil mengenakan jubah dan aksesoris koran yang dibuat sedemikian rupa. Bahkan, alat musik seperti gitar juga dikonsep dengan balutan koran.

Koran dipilih sebagai bahan dasar membuat kostum pertunjukkan band tersebut. Tidak sekadar iseng, mereka menilai surat kabar merupakan media literasi dan juga jendela informasi yang kehadirannya perlu untuk diapresiasi.

"Dengan membaca koran atau media massa kita bisa tahu bagaimana kondisi dunia yang up to date," tandasnya.(nto)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved