Berita Gunungkidul Hari Ini
Kekeringan di Gunungkidul Terus Meluas, Cerita Warga Terpaksa Jual Ternak untuk Beli Air Bersih
Sejumlah desa di Kabupaten Gunungkidul mengalami kekeringan ekstrem imbas kemarau panjang yang terjadi sejak Maret lalu.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Sejumlah desa di Kabupaten Gunungkidul mengalami kekeringan ekstrem imbas kemarau panjang yang terjadi sejak Maret lalu.
Salah satu yang paling terdampak yakni di Padukuhan Temu Ireng II, Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang. Warga di wilayah ini terpaksa menjual hewan ternak hingga kayu jati miliknya untuk membeli kebutuhan air bersih.
Dukuh Temu Ireng II, Indra Setyawan mengatakan membeli air bersih ketika kemarau sudah menjadi langganan setiap tahun yang dilakukan oleh warganya yang berjumlah 185 KK tersebut.
Sebab, kondisi geografis wilayahnya tersebut sebagian besar adalah lahan karst. Yang membuat daerah tersebut tidak ada sama sekali sumber mata air.
"Di sini sama sekali tidak ada sumber mata air, sudah pernah dicoba dari pemerintah untuk mengebor sumur sedalam 100 meter tapi hasilnya tidak ditemukan air. Makanya, selama ini untuk kebutuhan air bersih, warga hanya mengandalkan dari penampungan air hujan,"ujarnya saat dikonfirmasi pada Jumat (20/9/2024).
Maka dari itu, saat musim kemarau menghampiri, dia mengatakan salah satu solusi yang kerap dilakukan warganya adalah membeli air bersih melalui tangki air keliling. Harganya pun bisa dibilang cukup tinggi yakni Rp130-150 ribu per tangki.
"Akhirnya membuat warga terpaksa menjual ternak dan pohon jati miliknya untuk ditukarkan air bersih, bahkan beberapa warga pun terpaksa harus berhutang. Sudah biasa dilakukan oleh warga sebab uang tabungan menipis ditambah lagi musim kemarau yang mana hasil panen pertanian juga terganggu,"terangnya.
Dia menerangkan, rata-rata warganya itu membutuhkan air sebayak 3-4 tangki per bulannya. Maka, setidaknya agar kebutuhan air mencukupi warga harus menyisihkan sebanyak Rp600 ribu per bulan hanya untuk air.
"Tentu ini sangat berat bagi warga kami yang bermata pencaharian petani tadi. Jalan keluarnya ya cuma satu tadi jual kambing atau aset lain seperti pohon jati. Hal ini memang sudah lumrah dilakukan oleh warga saat musim kemarau seperti ini,"ungkapnya.
Dia mengatakan, sebenarnya bantuan air bersih juga menyentuh warganya baik dari pemerintah kabupaten maupun pihak swasta.
Namun, disebutkannya bantuan tersebut belum sepenuhnya bisa mengcover kebutuhan warga.
"Kalau dari BPDB setiap sebulan pasti menyalurkan 2 tangki air bersih, begitupun pihak swasta. Tapi kan jumlahnya terbatas, itu disalurkan bergilir ke warga,"terangnya.
Dirinya pun berharap pemerintah bisa menemukan solusi terkait krisis air yang sudah berpuluh tahun dirasakan warganya tersebut.
"Ya kami harap bisa segera teratasi masalah air ini. Memang rencananya tahun 2025, katanya akan masuk PAM ke daerah kami, tapi tidak tahu kelanjutannya seperti apa,"ungkapnya.
Pemkab Gunungkidul Usulkan Kalurahan Songobayu Jadi Kampung Nelayan Merah Putih |
![]() |
---|
Polres Gunungkidul bersama BKSDA DIY Tanam 2400 Pohon untuk Makanan MEP |
![]() |
---|
Libur Nataru, Dispar Gunungkidul Targetkan 101 Ribu Kunjungan Wisatawan |
![]() |
---|
Kuatkan Diseminasi Informasi, Pemkab Gunungkidul bersama LPP RRI Jalin Sinkronisasi Media |
![]() |
---|
Pemkab Gunungkidul Gelar Konser Kebangsaan Pentas Bhinneka Tunggal Ika |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.