POPT DPP Kulon Progo Klaim Serangan Hama Ulat Tanah dan Busuk Batang Tanaman Cabai Relatif Ringan

POPT Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulon Progo turun tangan untuk mengantasi serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
Proses penyiraman lahan cabai di Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kulon Progo, belum lama ini. Serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai diklaim masih ringan dan tidak mengganggu hasil panen. 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Tim Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulon Progo turun tangan untuk mengantasi serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai.

Koordinator POPT DPP Kulon Progo, Supomo menyampaikan serangan yang saat ini umum ditemukan pada tanaman cabai adalah hama ulat tanah dan penyakit busuk batang. Kondisi ini diketahui setelah pihaknya melakukan kajian lapangan.

"Intensitas serangan hama ulat tanah dan penyakit busuk batang ini masih terbilang ringan," katanya pada Senin (16/09/2024).

Menurut Supomo, intensitas serangan hama ulat tanah berkisar 5 sampai 15 persen, sedangkan serangan penyakit busuk batang sekitar 8 sampai 10 persen. Lahan cabai yang terancam serangan ini masing-masing luasnya sekitar 2 hektare (ha).

Serangan ini dominan ditemukan di Kapanewon Galur yang menjadi sentra budidaya cabai, dengan luas lahan sekitar 150 ha. Meski begitu serangan tersebut diklaim tidak berpengaruh signifikan pada hasil panen cabai nantinya.

"Secara umum masih aman dan kondisi cuaca juga tidak terlalu berpengaruh pada pertanaman cabai," jelas Supomo.

Adapun saat ini masih awal musim tanam dengan umur tanaman sudah mencapai 15 sampai 30 hari. Namun antisipasi tetap dilakukan demi mencegah meluasnya serangan hama ulat tanah dan penyakit busuk batang.

Baca juga: Demi Ngalap Berkah, Ribuan Warga Berebut Gunungan Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

Antisipasi hama ulat tanah dilakukan dengan mengintensifkan penggunaan pestisida dan Agen Pengendali Hayati. Selain itu, disarankan memakai pupuk kandang yang sudah difermentasi menjadi kompos serta penyulaman tanaman dengan bibit yang sehat.

Sedangkan penyakit busuk batang bisa diantisipasi dengan penggunaan fungisida, APH, kapur dolomit, dan bibit yang sehat. Supomo juga menyarankan petani menjaga sanitasi dan kondisi tanah agar tidak terlalu lembab.

"Penyiraman rutin dan berkala diperlukan agar perbedaan suhu tanah tidak terlalu ekstrem antara siang dan malam," ujarnya.

Agus Supriyadi, petani cabai di Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur menjelaskan penyakit busuk batang membuat tanaman cabai layu sebelum waktunya. Kalaupun berhasil tumbuh, buah cabai yang dihasilkan kecil dan kering.

Kondisi itu pun membuat hasil panen cabai berpotensi tidak maksimal, bahkan bisa anjlok hingga 70 persen. Namun antisipasi dini bisa dilakukan demi mencegah potensi kegagalan panen.

Salah satunya dengan menyortir bibit yang telah terkena serangan penyakit sebelum memulai penanaman. Sedangkan bibit yang sudah ditanam dan terkena penyakit perlu diganti dengan bibit baru yang sehat.

"Penggunaan obat-obatan juga diperlukan sejak awal penanaman sebagai antisipasi," jelas Agus.(alx)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved