Polisi Dalami Fakta Tawuran Pelajar Berujung Kecelakaan Maut di Seyegan Sleman

Polisi menyebut, korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, sehingga proses penyelidikan ditangani Satuan Lalulintas Polresta Sleman. 

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/Ahmad Syarifudin
Kapolresta Sleman, Kombes Pol Yuswanto Ardi 

"Ketika patroli kami juga melaksanakan pemeriksaan ranmor (kendaraan bermotor) dinihari," katanya. 

Dinihari yang sama ketika peristiwa di Seyegan terjadi, ternyata juga diduga muncul aksi tawuran remaja di seputar pasar Sleman.

Hal ini berdasarkan video yang beredar di aplikasi percakapan media sosial.

Apakah ada keterkaitan antara peristiwa di seputar pasar Sleman dengan di Seyegan, Kombes Pol Yuswanto Ardi mengaku sudah mengecek ke Polsek dan belum ada laporan terkait peristiwa tersebut. 

"Kita cek ke Polsek Sleman. Sampai saat ini belum ada laporan," kata Ardi. 

Gencarkan Patroli 

Kadiv Humas Jogja Police Watch (JPW), Baharuddin Kamba, meminta pihak kepolisian Polda DIY untuk lebih gencar melakukan patroli khususnya pada malam hingga dini hari.

Hal ini sebagai langkah antisipasi terjadinya aksi tawuran dan kekerasan jalanan atau klitih yang beberapa hari terakhir kembali marak terjadi di wilayah hukum Polda DIY. 

Permintaan JPW ini menyusul aksi tawuran yang berujung meninggalnya korban jiwa di Seyegan, Sleman, DIY, pada Minggu (8/9/2024) dini hari. 

Juga tawuran disertai dengan aksi klitih didepan pasar Sleman pada hari yang sama. 

Tak jarang aksi tawuran yang disertai dengan aksi klitih ini para pelaku menggunakan senjata tajam atau sajam. 

"Dengan dilakukan patroli secara rutin tidak angin-anginan dapat meminimalisir aksi tawuran dan klitih terjadi. Karena lebih baik  dicegah sebelum kejadian terjadi baru ada tindakan. Kan masing-masing Polres yang ada di Polda DIY dapat melakukan koordinasi untuk melakukan razia rutin," ujar Kamba. 

Dengan adanya patroli rutin setidaknya dapat mencegah jatuhnya korban luka maupun meninggal dunia.

Para pelaku tawuran maupun klitih umumnya masih remaja dan masih sekolah.

Sebab itu, kata dia, maka perlu pembinaan tidak hanya diamankan oleh pihak kepolisian kemudian dengan mudah dilepaskan lagi dan berbuat ulah lagi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved