Kisah Inspiratif

Alumnus Difabel UNIMMA Garap Film Dokumenter, Buktikan Keterbatasan Bukan Penghalang

Melalui film ini, Naja ingin memberikan pesan kepada masyarakat bahwa orang tuna rungu juga memiliki hak yang sama untuk berkarya dan berprestasi.

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Gaya Lufityanti
Dokumentasi Humas UNIMMA
Muhammad Zadun Naja saat mempresentasikan film dokumenter garapannya belum lama ini. 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Di tengah hiruk pikuk wisuda ke-81 Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) pada (28/8/2024), sosok Muhammad Zadun Naja, seorang wisudawan tuna rungu, berhasil mencuri perhatian. 

Tidak hanya menyelesaikan studinya di Prodi Ilmu Komunikasi, Naja juga sukses menghasilkan karya film dokumenter sebagai tugas akhir.

Naja, begitu ia akrab disapa, melalui film itu ingin membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih prestasi. 

Dengan semangat juang yang tinggi, ia berhasil melewati berbagai tantangan selama perkuliahan dan menyelesaikan tugas akhir.

"Saya ingin membuktikan bahwa mahasiswa tuli juga bisa berprestasi dan berkontribusi di bidang yang saya cintai," ungkap Naja.

Film dokumenter berjudul "Cahaya dalam Keterbatasan" yang dibuat Naja mengangkat tema tentang potensi dan kemampuan penyandang disabilitas. 

Melalui film ini, Naja ingin memberikan pesan kepada masyarakat bahwa orang tuna rungu juga memiliki hak yang sama untuk berkarya dan berprestasi.

Film dokumenter itu mengisahkan perjalanan seorang guru tuna rungu yang gigih mengajar di sekolah dasar, meski dihadapkan pada keterbatasan pendengaran. 

Sosok guru ini menjadi inspirasi banyak orang, karena keterbatasan yang ia alami tidak pernah membatasi ruang geraknya. 

Guru tersebut justru mengembangkan bakat yang dimiliki, yaitu kemampuan melukis. 

Melalui seni visual, ia mengeksplorasi dunia di sekelilingnya. 

Meski tantangan dalam mengajar siswa sempat menghampirinya, semangat pantang menyerah terus membara. 

Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan membuat sosoknya semakin dihormati dan dikagumi.

"Proses pembuatan film ini sangat menantang, terutama dalam hal komunikasi," ujar Naja. Namun, dengan dukungan dari dosen, teman-teman, dan keluarga, saya berhasil menyelesaikannya," katanya.

Prestasi Naja tidak hanya membanggakan dirinya sendiri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa difabel lainnya. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved