Kisah Perjalanan Raminten Bakal Dikemas Dalam Film Dokumenter, Disutradarai Nia Dinata
Kehidupan Hamzah Sulaeman pemilik Hamzah Batik dengan Raminten Universemya yang ikonik di Yogyakarta bakal diangkat dalam sebuah film dokumenter.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kehidupan Hamzah Sulaeman (KMT Tanoyo Hamijinindyo) pemilik Hamzah Batik dengan Raminten Universemya yang ikonik di Yogyakarta bakal diangkat dalam sebuah film dokumenter.
Pemrakarsa film dokumenter Hamzah Sulaeman ini yakni Kalyana Shira Films bersama Olga Lidya, Dena Rachman dan sutradara Nia Dinata.
Yang menarik dari project film dokumenter ini sutradara Nia Dinata akan mengupas kehidupan Hamzah Sulaeman dengan memunculkan tokoh Raminten sebagai alter ego yang ikonik.
Raminten sendiri merupakan tokoh asal Jawa berkebaya tradisional lengkap dengan kain batik dan sanggul yang selalu tampil elegan dengan kacamata yang begitu khas.
Raminten tumbuh, menjadi salah satu daya tarik Yogyakarta yang dikenal luas oleh masyarakat.
Raminren bahkan memiliki banyak usaha termasuk toko oleh-oleh, restoran, serta pertunjukan cabaret yang selalu ramai digandrungi oleh turis lokal maupun internasional.
Sang sutradara, Nia Dinata, mengatakan project dokumenter tersebut bersifat nirlaba dengan pendanaan yang dihimpun dari crowd funding beberapa rekan yang peduli dengan keberadaan Raminten.
Ia menilai sosok Hamzah dengan Ramintennya menyimpan banyak hal menarik yang harus diketahui publik.
"Dokumenter ini mengupas tentang warna-warni dunia Raminten, memotret perjalanan kanjeng (K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo Hamzah Sulaeman) dalam membina dan membesarkan Raminten tidak hanya sebagai sebuah bisnis, tetapi juga sebagai keluarga pilihan chosen family), termasuk di dalamnya karyawan, penampil pertunjukan, serta keluarga dan para sahabat. Kanjeng membangun Raminten sebagai ruang aman untuk berekspresi khususnya lewat pertunjukan Raminten cabaret," ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (19/8/2024).
Baca juga: Panduan Pendakian Gunung Ungaran Melewati Jalur Perantunan
Ide mengangkat Raminten menurut Nia sudah tercetus sejak lama dan pertama kali dikemukakan tahun 2023 ketika Dena Rachman, masih berada di London mengerjakan disertasi untuk studi S2-nya mengenai representasi gender dalam industri film di Indonesia.
Waktu itu ia mendiskusikan dengan Dena dan mereka akhirnya memutuskan Raminten sebagai bentuk representasi.
"Saya melihat sosok Kanjeng (Hamzah) membawa banyak hal yang menarik untuk diangkat. Semua diterima, mencari kebahagiaan batin baru lahir. Ini bisa menjadi contoh, bagaimana orang di sekelilingnya bekerja karena passion. Ya berkesenian dan berkehidupan. Tidak ada satu pun yang merasa terpaksa, namun kebahagiaan. Harapannya film ini bisa menjadi hal penting bagi siapapun yang pernah memiliki cerita dengan Raminten dan Jogja," jelas Nia Dinata yang merupakan Sutradara Film Arisan.
Sementara Dena Rachman terlihat begitu antusias mengerjakan project film dokumenter yang untuk sementara diberi judul Raminten Universe tersebut.
Ia memiliki cerita tersendiri dengan Jogja dan Raminten, dan tanpa pikir panjang menyetujui untuk terlibat dalam pembuatan film.
"Kami semangat sekali karena sosok Kanjeng sangat menginspirasi buat kami pribadi dan fakta bahwa Raminten dengan segala warna-warninya merupakan pertunjukkan cabaret yang sangat populer dan disukai oleh berbagai macam orang benar-benar menarik untuk diceritakan," jelasnya.
Menurutnya mengerjakan dokumenter ini merupakan perjalanan yang sangat luar biasa.
Melalui film ini, ia berharap dapat menangkap dan menampilkan esensi dari Raminten, tidak hanya sebagai ikon budaya dan bisnis tetapi juga sebagai bentuk keragaman ekspresi Yogyakarta yang modern sebagai kota yang mempertemukan tradisi dengan inovasi.
"Sebuah kehormatan bagi kami dapat membawa cerita ini ke khalayak yang lebih luas," imbuhnya.
Perlu diketahui, riset untuk film ini telah dimulai sejak April 2024 dan proses pengambilan gambar telah dimulai pada Juli 2024.
Film dokumenter ini diharapkan akan selesai dan dapat dinikmati pada akhir tahun 2024.
Selain mendokumentasikan cerita Raminten, film ini juga ingin mempromosikan Yogyakarta sebagai kota yang tidak hanya kental akan budaya Jawa tradisional, tetapi juga kaya akan seni modern kontemporer.
Film itu nantinya mengangkat pesan moral bahwa nilai-nilai kebaikan memiliki dampak nyata terhadap hidup orang banyak tanpa memandang perbedaan.
Hamzah Sulaeman sendiri muncul dalam press conference dan menceritakan sedikit tentang pembuatan film.
Hamzah mengharapkan proses pembuatan film bisa berjalan dengan lancar sehingga menghasilkan sesuatu yang baik juga.
"Syuting seperti ini saya kira baru pertama kali untuk saya. Saya sangat berterimakasih untuk pembuatan film ini dan semoga semua berjalan lancar," ungkap Hamzah. (hda)
Raminten Jamu-Joke & Jazz: Jogja dalam Satu Panggung Sehat, Lucu dan Penuh Improvisasi |
![]() |
---|
Film Dokumenter Jagad’e Raminten: Merayakan Keberagaman, Menenun Ruang Inklusi |
![]() |
---|
Prananda Surya Paloh Lantik DPW dan DPD Garda Pemuda Nasdem DIY |
![]() |
---|
Melepas Hamzah Sulaiman 'Raminten' Menuju Peristirahatan Terakhir, Suasana Haru Selimuti Malioboro |
![]() |
---|
Cerita Karyawan Hamzah Sulaiman Bekerja 34 Tahun di Mirota Batik Grup hingga Asal Usul Raminten |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.