Kisah Inspiratif

Berobat yang Tepat, Jiwa Kembali Sehat 

Pemerintah Kabupaten Sleman, sejak dua tahun lalu, telah berkomitmen agar program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bisa diwujudkan bagi seluruh warga

|
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin
Magdalena Bekti Suryani (39) Kader Kesehatan Jiwa Kalurahan Margoluwih Seyegan, Kabupaten Sleman menunjukkan kartu BPJS Kesehatan, yang menjadi satu di antara penopang membantu pemulihan penyintas disabilitas psikososial melalui kemudahan akses pengobatan gratis di rumah sakit. 

Apalagi, layanan BPJS Kesehatan terhadap penyintas ODDP bukan hanya akses dokter jiwa dan obat-obatannya, tetapi juga konsultasi psikolog di Puskemas. B

ekti bercerita, dirinya pernah mendampingi siswa SMP yang secara akademik adalah murid berprestasi tetapi mengalami depresi.

Ketika kambuh remaja putri tersebut berteriak-teriak. Ia dampingi agar keluarganya memahami kondisi penyintas dan akhirnya mendapatkan penanganan yang tepat.

"Kasus ODDP yang ingin bunuh diri juga ada. Minum parasetamol satu tablet. Saya dampingi hingga ke rumah sakit," kata dia.

Pendampingan tepat, dukungan dari keluarga dan akses pengobatan memadai serta penerimaan lingkungan membuat sejumlah penyintas ODDP di Kalurahan Margoluwih kini berangsur pulih.

Pulih

Endang tersenyum ramah. Ia menyambut kedatangan saya dengan bibir menyungging senyum ketika singgah di rumahnya di Kalurahan Margoluwih, Kabupaten Sleman.

Endang adalah satu dari sekian pasien yang turut didampingi Bekti. Perempuan berkerudung biru toska itu adalah penyintas disabilitas psikososial. Keramahan dan sikapnya, terlihat serupa perempuan normal pada umumnya.

Endang kini berusia 53 tahun. Ia menjadi penyintas ODDP dengan diagnosa awal depresi sejak tahun 1992 atau ketika berusia 22 tahun.

Penyakit gangguan mental itu mulai dirasakan ketika dirinya bekerja di Bekasi. Ia merasakan badannya tidak bisa tidur dan terus menerus gelisah, mondar-mandir.

Singkat cerita, Ia dibawa pulang keluarga dan berobat di RS Jiwa Grhasia Yogyakarta. Ia adalah pasien yang merasakan kemudahan layanan berobat.

Setiap hari, Ia harus mengonsumsi beragam obat yang diresepkan dokter.

Seiring dengan proses pemulihan yang berjalan baik, didukung peran suami yang memposisikan sebagai caregiver, kini Endang berangsur pulih dan tinggal mengonsumsi obat setengah tablet tiap malam.

"Kalau tidak minum obat, kambuh lagi. Saya pernah merasa sehat, tidak minum obat dan kambuh lagi," katanya.

Endang cukup beruntung. Ia berada di lingkungan yang tepat. Tidak adanya stigma dan penerimaan lingkungan yang baik, dapat membantu mempercepat proses pemulihan. Didukung akses layanan pengobatan yang memadai.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved