Ikuti GSW UGM 2024, Mahasiswa Asing Ceritakan Serunya Membatik di Desa Wukirsari Sleman

Meski jari-jemarinya nampak belum begitu mahir membawa canting, perempuan asal Thailand ini tak lantas menyerah begitu saja.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
Mahasiswa asing yang mengikuti Global Summer Week (GSW) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) belajar membatik di Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Kamis (18/7/2024) lalu 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Phasiree Thanasin terlihat cukup serius menggerakkan canting menorehkan cairan malam mengikuti pola batik bermotif bunga.

Meski jari-jemarinya nampak belum begitu mahir membawa canting, perempuan asal Thailand ini tak lantas menyerah begitu saja.

Ia berusaha menyelesaikan kegiatan membatiknya hingga semua pola tergambar rapi.

Membuat batik tulis memang bukanlah hal yang mudah, butuh ketelitian dan keuletan yang tinggi, terlebih bagi Phasiree Thanasin yang sama sekali belum mengenal teknik membatik tulis.

Phasiree Thanasin merupakan salah satu peserta Global Summer Week (GSW) 2024 yang mengikuti field trip di Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman, yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) pada Kamis (18/7/2024).

Dalam kegiatan field trip kali ini diikuti sebanyak 30 mahasiswa asing dari berbagai negara dunia dan 56 mahasiswa Indonesia yang tersebar ke 10 lokasi field trip di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang berada di Kabupaten Sleman, Kabupaten, Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul.

Melalui kegiatan field trip ini para mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengenal dan belajar langsung terkait kewirausahaan sosial yang dijalankan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah DIY. 

Mahasiswa asal Chiang Mai University ini memanfaatkan betul kesempatan yang diberikan padanya untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang kewirausahaan sosial yang dijalankan di Indonesia, khususnya di Desa Wukirsari, Kabupaten Sleman, DIY.

“Wukirsari adalah desa kerajinan dan disini saya banyak merefleksikan budaya Chiang Mai dan Thailand karena Chiang Mai adalah jantung kerajinan di Thailand. Kami memiliki banyak desa kerajinan yang mirip dengan wisata kerajinan,” paparnya. 

Baca juga: Mahasiswa UGM Berdayakan Komunitas Difabel Lewat Budidaya Lebah Madu  

Ia mengaku ada banyak persamaan sekaligus perbedaan budaya maupun dalam menjalankan kewirausahaan.

Di Indonesia terkenal dengan budaya gotong-royong di masyarakatnya, hal tersebut juga dimiliki oleh masyarakat Thailand.

“Di Thailand, masyarakatnya mencoba melakukan sesuatu seperti gotong royong, seperti seluruh desa yang bekerja bersama,” jelasnya.

Phasiree Thanasin mengaku kesempatan ini merupakan kali pertama kalinya berkunjung dan merasakan interaksi langsung dengan masyarakat Indonesia.

Ia merasakan pengalaman budaya yang sangat luar biasa lewat kegiatan GSW 2024 ini dan belajar lebih dalam tentang kewirausahaan sosial di Indonesia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved