Menggigil! Suhu di Dieng Bisa Capai 1 Derajat Celcius, Begini Penjelasan BMKG

Pada 7 Juli 2024, suhu di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, bisa mencapai 1 derajat Celcius. Mengapa fenomena udara dingin bisa terjadi?

kompas.com
Ilustrasi Suhu Dingin-Dampak Angin Monsoon Australi 

TRIBUNJOGJA.COM - Akhir-akhir ini, suhu udara di wilayah Indonesia terasa begitu dingin, meski di siang hari.

Bahkan, pada 7 Juli 2024, suhu di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, bisa mencapai 1 derajat Celcius.

Mengapa fenomena udara dingin di Indonesia bisa terjadi?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena udara dingin yang akhir-akhir ini menyelimuti sejumlah wilayah Indonesia.

Fenomena suhu dingin disebabkan oleh Angin Monsun Australia yang bertiup menuju benua Asia melewati Indonesia dan perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih rendah (dingin).

Fenomena ini terjadi menjelang puncak musim kemarau di bulan Juli-Agustus, bahkan bisa sampai September.

Berikut sejumlah fakta tentang fenomena suhu dingin yang terjadi di Indonesia:

1. Angin Monsun Australia bersifat kering

Angin Monsun Australia ini bersifat kering dan sedikit membawa uap air, apalagi pada malam hari di saat suhu mencapai titik minimumnya.

Selanjutnya, mengakibatkan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terutama wilayah bagian selatan khatulistiwa, yakni Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara terasa lebih dingin.

2. Wilayah pegunungan terasa lebih dingin

Wilayah di Pulau Jawa yang terasa lebih dingin adalah pegunungan Bromo atau Bromo, Tengger dan Semeru, pegunungan Sindoro-Sumbing, termasuk Kota Wonosobo dan Temanggung dan wilayah Lembang Bandung.

BMKG menyebut, pada tanggal 7 Juli 2024 suhu minimum terjadi di Dataran Tinggi Dieng mencapai 1 derajat Celcius pada jam 02:00 WIB.

3. Terjadi karena posisi geografis

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan di samping Monsun Australia, fenomena tersebut juga disebabkan oleh faktor posisi geografis, kondisi topografis, ketinggian wilayah dan kelembaban udara yang relatif kering.

Baca juga: Sampai Kapan Fenomena Bediding Terjadi di Yogyakarta? Begini Jawaban BMKG

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved