Tips Kesehatan
Kenali Hoarding Disorder: Menimbun Sampah di Kamar - Gejala, Penyebab dan Pengobatannya
Hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang karena menganggap barang itu akan berguna di kemudian hari
Penulis: Santo Ari | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Video viral di media sosial memperlihatkan pemilik kos menggerebek kamar kos yang dipenuhi dengan tumpukan sampah.
Diduga penghuni kos tersebut mengalami Hoarding disorder atau gangguan penimbunan.
Video tersebut pun mendapat berbagai respons dari netizen.
Banyak warganet yang tidak menyangka, ada orang yang dapat tinggal di ruangan yang penuh dengan tumpukan sampah.
Selain risiko terlibat konflik dengan orang sekitar, Hoarding disorder yang tidak tertangani dapat menurunkan kualitas hidup dan menimbulkan masalah lain, sepert risiko jatuh atau tertimpa benda-benda yang ditimbun.
Selain itu penghuni juga bisa terjebak dalam ruang yang sempit, terisolasi bahkan bisa berisiko kebakaran.
Dari sisi kesehatan, ruangan yang penuh sampah berisiko menjadi sarang kuman penyakit.
Lalu apa itu Hoarding disorder?
Dilansir dari laman Alokdokter, Hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang karena menganggap barang itu akan berguna di kemudian hari, mengingatkan pada suatu peristiwa, atau merasa aman ketika dikelilingi benda-benda tersebut.
Baca juga: 15 Khasiat Cuka Apel untuk Kesehatan, Banyak Manfaatnya untuk Wanita
Penyebab Hoarding Disorder
Disebutkan bahwa penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, misalnya yang bersangkutan mengalami gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Faktor lain yang mungkin sebagai penyebabnya seperti dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengajari cara memilah barang, memiliki keluarga yang juga menderita hoarding disorder, pernah mengalami kesulitan ekonomi, atau pernah mengalami kehilangan harta benda akibat kebakaran atau bencana alam.
Bahkan pernah ditinggalkan oleh orang yang dicintai juga bisa menjadi penyebab hoarding disorder.
Gejala Hoarding Disorder
Mencari dan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan merupakan gejala awal hoarding disorder.
Penderita juga dapat menunjukkan tanda dan gejala berikut:
- Sulit membuang barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan
- Merasa cemas ketika hendak membuang barang yang tidak diperlukan
- Sulit mengambil keputusan
- Mencari benda lain dari luar rumah agar bisa ditimbun
- Merasa tertekan saat benda miliknya disentuh orang lain
- Menyimpan barang sampai mengganggu fungsi ruangan di rumah
- Melarang orang lain membersihkan rumahnya
- Menjauhkan diri dari keluarga dan teman
- Selain barang, penderita hoarding disorder juga bisa mengumpulkan hewan yang terlantar, tetapi tidak mengurusnya dengan benar.
Pengobatan
Hoarding disorder terkadang bisa sulit diobati karena banyak penderitanya tidak menyadari bahwa perilaku ini bermasalah. Kondisi ini kerap dialami oleh para penderita gangguan kepribadian obsesif kompulsif.
Penderita hoarding disorder umumnya jarang memeriksakan diri ke dokter karena merasa tidak ada yang salah atau janggal dengan perilakunya.
Jika keluarga atau orang terdekat Anda menunjukkan gejala kondisi ini, ajaklah mereka untuk berkonsultasi ke dokter.
Hoarding disorder dapat diatasi dengan psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Berikut adalah penjelasannya:
Psikoterapi
Pada terapi perilaku kognitif, dokter akan melatih pasien untuk menahan keinginan menimbun barang dan membuang barang-barang yang ditumpuk.
Terapi ini dapat melibatkan anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan pasien.
Obat-obatan
Dokter dapat meresepkan obat-obatan jika pasien menderita gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Obat-obatan yang biasanya diresepkan adalah jenis antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Baca juga: 10 Obat Herbal untuk Mengatasi Sakit Gigi Nyut-Nyutan dan Cara Penggunaannya
Laman Aldokter juga menjelaskan, selain menjalani pengobatan, Anda bisa melakukan langkah-langkah di bawah ini untuk membantu proses pemulihan:
- Buat daftar benda-benda di rumah.
- Kelompokkan barang-barang menjadi “disimpan”, “buang”, “daur ulang”, atau “sumbangkan”.
- Buang benda yang menumpuk secara perlahan tiap hari, misalnya 5 benda sehari.
- Bersihkan maksimal 1 ruangan setiap hari atau minggu.
- Buat jadwal harian yang tidak berlebihan, misalnya menyortir kertas-kertas kwitansi setelah sarapan
sambil mendengar musik, mencuci baju setelah makan siang, atau mencuci piring setelah makan.
- Sumbangkan barang yang layak pakai kepada orang yang membutuhkan.
- Letakkan tempat sampah di setiap ruangan, seperti kamar, ruang tamu, dan dapur.
- Ambil foto ruangan sebelum dan sesudah dibersihkan, kemudian lihat dan bandingkan untuk melihat pencapaian Anda.
- Cobalah untuk membuat keputusan dengan cepat apakah akan menyimpan suatu barang atau tidak.
- Manfaatkan teknologi, seperti menonton film di ponsel ketimbang menumpuk DVD, untuk mengurangi kecenderungan menumpuk barang.
- Tarik napas dalam ketika merasa tidak nyaman dan tegang setiap membuang barang.
- Berikan hewan-hewan yang dikumpulkan ke shelter.(*)
7 Manfaat Kembang Kol bagi Kesehatan dan 3 Efek Sampingnya |
![]() |
---|
Menggertakkan Gigi Saat Tidur: Pennyebab, Efek, dan Cara Mengatasinya |
![]() |
---|
Makanan Aneh yang Ternyata Super Sehat, Kaya Nutrisi yang Terkandung di Dalamnya |
![]() |
---|
Nasi Kemarin Sore Lebih Sehat untuk Cegah Gula Darah Naik, Ini Faktanya |
![]() |
---|
Kentut Ternyata Bisa Jadi Indikator Kesehatan Usus yang Baik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.