Berita Jogja Hari Ini
Waspada Kebakaran Lahan di Musim Kemarau, BPBD DIY Imbau Masyarakat Tak Membakar Sampah
BPBD DIY mengimbau masyarakat di wilayah pegunungan untuk mewaspadai potensi kebakaran lahan saat musim kemarau. Kebakaran lahan sering
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - BPBD DIY mengimbau masyarakat di wilayah pegunungan untuk mewaspadai potensi kebakaran lahan saat musim kemarau.
Kebakaran lahan sering terjadi di perbukitan dan pegunungan, terutama saat musim kemarau.
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, menegaskan bahwa wilayah DIY memang rentan terhadap kebakaran lahan saat musim kemarau.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk tidak membakar sampah di lahan kering, terutama di hutan atau tempat yang mudah terbakar.
Baca juga: Cerita Pemuda di Indramayu Hobi Makan Paku dan Jarum, Berakhir di RS, Ada 70 Paku di Lambungnya
"Semua pihak harus membantu, terutama dengan meningkatkan kesadaran masyarakat saat membuka lahan. Jangan membakar sampah karena mudah menjalar, apalagi saat kemarau disertai angin kencang," jelas Noviar.
Noviar menyebut, Satlinmas dan Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) nantinya akan bergerak memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk tidak membakar sampah sembarangan. Pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan BMKG yang menyatakan kemarau kering baru akan terjadi di dasarian dua dan tiga di bulan Juli.
"Kalau Juni masih kemarau basah, artinya kemarau terus tiba-tiba ada hujan ringan," ujarnya.
Di samping itu, personel Dankarmat di tiap kabupaten kota juga sudah diperingatkan untuk senantiasa waspada dengan potensi kebakaran lahan. Setiap wilayah nantinya diminta untuk saling mendukung jika insiden kebakaran terjadi di suatu titik.
"Artinya tidak terbatas pada lingkup wilayah administrasi, karena kami sudah ada perjanjian dengan kabupaten/kota. Misal ada kejadian di Sleman maka wilayah kota atau Bantul dan Kulonprogo bisa ikut membantu memadamkan," ungkapnya.
Adapun pada tahun 2023 lalu, lanjut Noviar, terdapat sebanyak 530 kasus kebakaran lahan yang ada di DIY. Sementara kebakaran rumah mencapai angka 35-50 kasus. "Yang paling banyak memang kebakaran hutan tetapi itu skalanya kecil-kecil. Faktor yang dominan penyebabnya karena kelalaian dan membakar sampah ditinggal," pungkasnya.
Sebelumnya Stasiun Klimatologi DIY mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis belum lama ini yang ditandai dengan berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang dengan kurun waktu bulanan, dua bulanan dan seterusnya.
Kepala Stasiun Klimatologi DIY Reni Kraningtyas mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan curah hujan hingga tanggal 20 Juni 2024 dan prakiraan peluang curah hujan dua dasarian kedepan, maka terdapat potensi kekeringan meteorologis dengan status siaga.
"Artinya telah mengalami hari tanpa hujan >31 hari dan prakiraan curah hujan rendah <20>
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini untuk mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan.
"Juga pengurangan ketersediaan air tanah dan peningkatan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan," jelasnya. (HAN)
Kronologi Wisatawan asal Jakarta Hilang di Pantai Siung, Jenazah Ditemukan di Pantai Krakal |
![]() |
---|
KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya |
![]() |
---|
Kronologi 3 Wisatawan Asal Sragen dan Karanganyar Terseret Ombak di Pantai Parangtritis |
![]() |
---|
Banyak Moge Harley Davidson Lewat Jogja, Ada Event Apa? |
![]() |
---|
Produsen Anggur Merah Kaliurang Buka Suara, Produksi Dihentikan, Produk Ditarik dari Pasaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.