Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Pasien Cuci Darah di DIY Meningkat 10-20 Persen 5 Tahun Terakhir, Ini Preventif BPJS Kesehatan
Cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur perawatan untuk menyaring limbah dan air dari darah.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Kesehatan Cabang Yogyakarta menyebut pasien cuci darah di DI Yogyakarta meningkat sebanyak 10-20 persen dalam lima tahun terakhir.
Hal itu dikatakan oleh Kepala BPJS Kesehatan Cabang Yogyakarta, M. Idar Aries Munandar dalam Gathering Badan Usaha dan Fasilitas Kesehatan dengan tema Satu Dekade Program JKN Sinergi Bersama Mewujudkan Cakupan Kesehatan Paripurna, Rabu (19/6/2024) di The Alana Hotel and Convention Center.
“Itu data yang kami peroleh dari rumah sakit di DI Yogyakarta. Ada peningkatan pasien cuci darah sebanyak 10-20 persen dalam lima tahun terakhir,” ujar dia ditemui Tribunjogja.com usai gathering.
Dia mengatakan, cuci darah merupakan salah satu komponen kesehatan dengan biaya yang cukup tinggi.
Diketahui, cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur perawatan untuk menyaring limbah dan air dari darah.
Proses itu sama halnya seperti fungsi ginjal dalam tubuh. Sehingga prosedur ini bisa disebut sebagai pengganti ginjal yang sudah rusak.
Selain melakukan penyaringan dan mengeluarkan toksin-toksin tubuh, hemodialisis turut membantu menyeimbangkan mineral penting, seperti kalsium, kalium, dan natrium serta mengontrol tekanan darah.
Hemodialisis dibutuhkan oleh pasien yang mengidap penyakit jantung kronis, atau gagal ginjal.
Di samping itu, dokter juga akan melakukan hemodialisis apabila tes laboratorium menunjukkan bahwa pasien perlu menjalaninya.
“Maka dari itu, BPJS Kesehatan selalu melakukan tindakan pencegahan dan promosi agar memberikan pemahaman terkait penyebab dari cuci darah itu,” terangnya.
Salah satu jalan yang kini ditempuh adalah melakukan skrining kesehatan yang bisa dilakukan dengan aplikasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di gawai pintar.
“Namun, skrining ini kan gak bisa berdiri sendiri. Kami butuh pemerintah daerah (pemda), stakeholder sampai fasilitas kesehatan (faskes) untuk menciptakan upaya skrining kesehatan yang baik,” terangnya.
Dikatakan Nandar, skrining kesehatan bisa mempercepat masyarakat dan faskes melakukan tindakan dan kontrol sejak dini sebelum kondisi ginjal dalam tubuh menurun.
Lantas, bagaimana dengan yang pasien dengan cuci darah berkategori berat dan sedang?
“Ini kami monitoring dengan fasilitas kesehatan agar tak jadi lebih berat dari sebelumnya,” pungkasnya. ( Tribunjogja.com )
Dispar DIY Luncurkan Calender of Event, Sport Tourism Terus Dieksplor |
![]() |
---|
Film 1 Kakak 7 Ponakan, Drama Keluarga yang Hangat di Penutupan JAFF 2024 |
![]() |
---|
Festival Angkringan Yogyakarta 2024: Angkat Kuliner Ikonik dengan Sentuhan Modern |
![]() |
---|
Formulasi Kenaikan UMP Mestinya Disesuaikan dengan Kondisi Daerah |
![]() |
---|
Pemda DIY Ikuti Penjurian Apresiasi Kinerja Pemerintahan Daerah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.