Ledakan Petasan di Sanden

Pesantren Hamalatul Qur'an di Bantul Buka Suara Terkait Ledakan Petasan yang Menimpa Empat Santrinya

Pesantren Hamalatul Qur'an buka suara terkait kejadian ledakan petasan yang berada di halaman Asrama Al-Abror Pesantren Hamalatul Quran pada Selasa

Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
Dokumentasi Polres Bantul
Gegana Sat Brimob Polda DIY sedang melakukan sterilisasi ledakan petasan di halaman suatu asrama pondok pesantren di Kalurahan Gadingsari, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, Selasa (18/6/2024) malam. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pesantren Hamalatul Qur'an buka suara terkait kejadian ledakan petasan yang berada di halaman Asrama Al-Abror Pesantren Hamalatul Quran pada Selasa (18/6/2024).

Kepala Bidang Kesiswaan/Santri Pesantren Hamalatul Qur'an, Rizal, mengatakan, pihaknya tidak mengetahui jika peserta didiknya ada yang menemukan petasan di jalan hingga kemudian meledak.

"Karena kan anak-anak posisinya sedang pulang ke asrama dan jalan kaki. Lalu, mereka dapat petasan itu di pinggir jalan dan disimpan. Nah, kami tidak tahu kalau mereka mengambil dan menyimpan," katanya saat dikonfirmasi Tribunjogja.com, Rabu (19/6/2024).

Baca juga: Polres Bantul Beberkan Ledakan Petasan di Sanden

Demikian pula usai kejadian, dirinya baru mengetahui bahwa ada petasan yang meledak dan mengenai empat siswa hingga luka-luka usai mendapatkan kabar dari ustad lain.

Di mana, ustad tersebut sedang berada di asrama dekat kejadian perkara.

"Saya kan tidak tinggal di pondok sabang (di asrama santri). Saya kan di pondok pusat (Pesantren Hamalatul Quran). Jadi, ada ustad yang stand by di sana dan selalu memantau kondisi santri di sana," jelas dia.

Pihaknya pun merasa sedih dengan adanya kejadian itu.

Maka dari itu, pihaknya berpesan kepada para santri agar dapat mematuhi aturan yang ada dan tidak bermain dengan petasan.

Sebab, hal tersebut  sangat membahayakan.

"Saya mengingatkan kembali kepada para santri juga untuk tidak tertarik membawa atau mengambilnya barang berharga maupun tidak berharga yang kemudian dibawa pesantren," tuturnya.

Lanjutnya, pasca kejadian ledakan petasan, pihaknya juga sudah melakukan razia terhadap sejumlah barang yang dibawa dan disimpan oleh para santri.

"Kami berharap, ke depan tidak ada lagi tindakan seperti itu yang kemudian merugikan para santri. Tapi kemarin, untuk tiga santri sudah pulang, sedangkan satu santri masih menjalani perawatan dan dirujuk ke rumah sakit lain karena harus mendapatkan perawatan lebih lanjut," kata dia.

Sementara itu, Kepala Disdikpora Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto, berujar, larangan menggunakan mercon atau petasan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Bantul.

"Karena  kejadian seperti itu kan sering terjadi di lingkungan kita,sehingga peran serta dari masyarakat biasa dimulai dari pihak keluarga untuk mengingatkan anak-anaknya atau anggota keluarganya. Jangan sampai, membunyikan petasan dan sejenisnya yang menganggu ketentraman," urai dia.

Lalu, di Kabupaten Bantul sendiri juga sudah jelas terdapat imbauan kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Bantul untuk tidak membuat, menyimpan, memperjualbelikan, atau membunyikan petasan di lingkungan permukiman.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved