Human Interest Story
Cerita Padukuhan Sebaran Sleman, Sukses Keluar dari Kemiskinan Melalui Angkringan dan Kopi Kethip
Sebelum menjelma menjadi Angkringan dan Kopi Kethip, lahan seluas 3.000 meter persegi itu merupakan lahan kosong dengan bangunan mangkrak.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Berawal dari keinginan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, siapa sangka Angkringan dan Kopi Kethip menjadi usaha bersama yang dikelola oleh Padukuhan Sebaran, Sidoarum, Godean, Sleman.
Meski terletak di dalam perkampungan, namun Angkringan dan Kopi Kethip terbilang ramai pengunjung.
Bahkan omzetnya mencapai lebih dari Rp5 juta per hari.
Dukuh Sebaran, Iwan Daru menceritakan sebelum menjelma menjadi Angkringan dan Kopi Kethip, lahan seluas 3.000 meter persegi itu merupakan lahan kosong dengan bangunan mangkrak.
Tidak hanya dipenuhi semak belukar, lahan tersebut juga menjadi tempat pembuangan sampah.
“Awalnya kebun kosong milik warga, tetapi karena pindah kemudian tidak terpakai. Akhirnya dibersihkan oleh warga dan digunakan untuk Pasar Kethip, 35 hari sekali, setiap Minggu Legi. Kethip itu kan uang zaman dulu, nah kami membuat uang kethip sendiri dari triplek, nanti kalau mau belanja ditukarkan dulu uangnya,” tuturnya.
“Ramai sekali, tetapi itu sebelum COVID-19. Tetapi kemudian ada COVID-19, aktivitas terhenti karena nggak boleh ada kerumunan. Lalu akhir 2022 itu dari pada tempatnya tidak terpakai, mencoba digunakan untuk malam hari, jadi Angkringan dan Kopi Kethip ini,” sambungnya.
Ia mengungkapkan makanan yang tersaji di Angkringan dan Kopi Kethip dibuat sendiri oleh sebagian warganya.
Ada sekitar 25-30 keluarga yang menitipkan makanan di angkringan tersebut. Mulai dari aneka sate, aneka nasi, hingga pepes.
Baca juga: Kisah Pasangan di Bantul Ikut Nikah Bareng dengan Mahar Kuliner Olahan Kepala Kambing
Sedangkan untuk minuman dikelola sendiri oleh pemuda Padukuhan Sebaran.
Pegawai yang melayani pengunjung juga merupakan pemuda setempat.
Menariknya, pemuda yang bekerja di angkringan tersebut juga mendapatkan gaji per hari.
“Menunya tidak boleh sama antara satu dengan yang lain. Misalnya sama-sama nasi bakar, variannya harus berbeda. Jadi menu yang ada di angkringan ini sangat variatif. Jadi pengunjung ini memiliki banyak pilihan,” ungkapnya.
Iwan juga menjamin makanan yang disediakan selalu baru. Pasalnya, kuantitas setiap menu disesuaikan dengan kebutuhan.
“Jadi nitipnya sedikit-sedikit dulu. Nanti sudah ada petugas yang menginfokan mana yang mau habis, sudah ada grupnya juga. Kalau mau nambah, ya tinggal distok lagi. Sehingga makanannya selalu baru, dan hangat. Ini jadi salah satu daya tarik juga,” terangnya.

Menurut dia, keberadaan Angkringan dan Kopi Kethip ini cukup berhasil meningkatkan ekonomi masyarakat.
Sebab masyarakat mendapatkan penghasilan tambahan dari angkringan tersebut.
Ia pun berharap usaha Padukuhan Sebaran ini bisa semakin berkembang, bahkan bisa membuka cabang.
Sementara itu, Lurah Sidoarum, Heti Pujiastutik menerangkan dulu Padukuhan Sebaran termasuk dalam salah satu padukuhan miskin di Kalurahan Sidoarum.
Namun berkat Angkringan dan Kopi Kethip, perlahan-lahan warga Sebaran keluar dari kemiskinan.
“Saya dulu juga ikut berproses sebelum seperti sekarang ini. Perjuangannya luar biasa sekali, saya tiap malam ke sini, tapi sekarang jarang, sudah ramai soalnya. Bahkan pengunjungnya ini dari jauh-jauh, ada yang dari Solo juga. Saya senang sekali, karena ekonomi masyarakat meningkat, dan seperti kita tahu UMKM ini kan memang tulang punggung perekonomian,” terangnya.
Pihaknya pun turut mendampingi, hingga akhirnya Angkringan dan Kopi Kethip mendapatkan bantuan dari dana keistimewaan melalui desa preneur.
Ia pun kini tengah menjajaki padukuhan-padukuhan mana yang memiliki potensi agar bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Di Sidoarum ini ada Plesiran Ndeso, tetapi karena COVID-19 terus berhenti, dan ini kami coba kembangkan lagi. Lalu ada padukuhan lain yang kami coba dampingi, seperti di Kali Bedog, padukuhan Nglarang itu juga. Kami coba terus kembangkan,” imbuhnya. (*)
Kisah Zaira Bertels, Bangun Usaha Pemanfaatan Limbah di Sleman Jadi Produk Interior Berskala Ekspor |
![]() |
---|
Cerita Siswi Sekolah Rakyat di Bantul, Sempat Susah Tidur dan Kangen Rumah |
![]() |
---|
Cerita Faishal Ahmad Kurniawan, Putra Bantul yang Lolos Jadi Anggota Paskibraka Nasional 2025 |
![]() |
---|
KISAH Mbah Sutarji, Pejuang Penambal Jalan Berlubang yang Ikhlas Tanpa Minta Imbalan |
![]() |
---|
Kisah Putri Khasanah, Anak Pedagang Asongan di Bantul yang Bisa Kuliah Gratis di UGM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.