Berita Kota Magelang Hari Ini

Disdikbud Kota Magelang Panggil Seluruh Kepala Sekolah Buntut Marak Aksi Tawuran Remaja

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang akan segera mengumpulkan seluruh kepala sekolah di Kota Magelang menyikapi maraknya aksi

|
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
dok.istimewa via kompas.com
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, KOTA MAGELANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang akan segera mengumpulkan seluruh kepala sekolah di Kota Magelang menyikapi maraknya aksi tawuran di wilayah Magelang raya.

Diberitakan sebelumnya, Polresta Magelang membekuk enam pelaku yang diduga terlibat aksi pengeroyokan dengan menggunakan sajam terhadap seorang Remaja di wilayah Cawang, Bulurejo, Magelang, Jawa Tengah pada Minggu (26/5/2024) pukul 04.00 WIB.

Peristiwa itu menyebabkan korban terluka hingga mengalami 12 luka bacok.

Adapun lima pelaku yang diamankan masih berstatus pelajar di Kota Magelang.

Baca juga: Kronologi Tawuran Berujung Pengeroyokan dan Pembacokan Seorang Remaja di Cawang Magelang

“Kepala sekolah akan dikumpulkan di dinas pendidikan bersama polres untuk merumuskan tindakan ke depan,” kata Kepala Disdikbud Kota Magelang, Imam Baihaqi pada Rabu (29/5/2024).

Lebih lanjut, Imam menyayangkan adanya insiden tersebut. Dia pun mempertanyakan peran masing-masing orang tua yang anaknya terlibat tawuran.

Menurutnya, upaya pengawasan menjadi tanggung jawab orang tua karena peristiwa tersebut terjadi di luar jam sekolah.

 “Menyayangkan sampai ada perkara seperti itu. Tindakan yang dilakukan pagi hari saat subuh masuk pengawasan oleh banyak orang. Tidak hanya sekolah. Termasuk orang tua,” katanya.

Imam juga menyesalkan geng yang dibentuk para pelajar acap kali dikaitkan dengan sekolah. 

Padahal kegiatan geng dilakukan di luar kegiatan sekolah. Pelakunya juga tidak mengenakan seragam.


"Jadi, anak keluar, orang tua juga harus tau kenapa keluar, mau kemana. Mereka itu tanggung jawab sekolah, keluarga, dan masyarakat," katanya.

“Itu sebenarnya geng di luar sekolah. Sebenarnya sekolah merasa dirugikan. Karena kenapa disebut-sebut nama sekolahnya padahal itu kejadian di luar sekolah. Kemudian tidak pakai seragam. Apakah kemudian setiap kejadian itu harus dihubungkan dengan sekolah. Kenapa tidak dengan orang tua,” sambungnya.

Pengawasan terhadap para pelajar menurutnya tak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, melainkan juga orang tua hingga masyarakat.

Pihaknya mengklaim telah berupaya semaksimal mungkin mencegah peristiwa kekerasan di kalangan pelajar

Namun peristiwa tersebut terus terulang.

“Sebetulnya kami sudah berkali-kali menangani seperti itu. Kita sudah deklarasi anti kekerasan, sudah menyampaikan ke anak-anak, sudah. Tapi kan sekolah muridnya banyak sekali. Di antara itu kan ada anak-anak yang dari daerah yang membentuk geng-geng itu,” jelasnya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved