Kasus dan Angka Kematian Akibat DBD di Klaten Bertambah, Ini Kata Sekda Klaten

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten mencatat pada Minggu ke-18 terdapat satu tambahan kasus kematian.

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Dewi Rukmini
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Klaten, Jajang Prihono. 

Selain itu, fogging (pengasapan) dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) juga terus digalakkan. 

"Terkait pencegahan tentu masyarakat sudah tahu, yakni dengan upaya pembersihan genangan-genangan air bersih yang mungkin bisa jadi sarang nyamuk," ujarnya. 

Baca juga: Kasus DBD di Klaten Masih Tinggi, Bupati Sri Mulyani Minta Masifkan Sosialisasi pada Masyarakat

Kendati demikian, Ia menilai terkait penanganan sangat membutuhkan peran aktif dari pihak keluarga.

Apabila ada anggota keluarga yang bergejala demam panas, diminta tidak hanya didiamkan tapi langsung di bawa ke faskes terdekat.

"Daripada ragu-ragu dan bimbang, mending segera bawa ke faskes saja, agar bisa segera didiagnosa sakitnya apa. Sehingga penanganannya tidak akan terlambat," terangnya.

Sebelumnya, Kepala Dinkes Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto, memaparkan bahwa sebagian besar kasus kematian DBD terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat terkait gejala penyakit tersebut. Sehingga memunculkan respon yang kurang tepat.

Berdasarkan investigasi rumah sakit dan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama), lanjut Anggit, kebanyakan kasus terjadi bukan karena keterlambatan penanganan. Akan tetapi karena respon pasien yang kurang sesuai. 

"Karena gejala yang muncul saat ini tidak serta-merta seperti dulu. Sekarang, gejala DBD antara lain sakit perut, diare, mual, panas, pusing, hingga muncul bintik-bintik merah di badan. Tetapi kadang, masyarakat tidak nggeh terhadap hal itu," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved