Kasus DBD di Klaten Masih Tinggi, Bupati Sri Mulyani Minta Masifkan Sosialisasi pada Masyarakat

Sri Mulyani meminta pelayanan kesehatan di Kabupaten Klaten harus dimaksimalkan serta masyarakat juga diimbau menjaga kebersihan lingkungan. 

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Istimewa
Bupati Klaten, Sri Mulyani, saat menghadiri halal bihalal dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Klaten di Pendapa Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Klaten pada Senin (6/5/2024). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Klaten yang terus meningkat mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, pun meminta pelayanan kesehatan di Kabupaten Klaten harus dimaksimalkan serta masyarakat juga diimbau menjaga kebersihan lingkungan. 

Hal itu disampaikan Bupati Sri Mulyani saat menghadiri kegiatan halal bihalal dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Klaten di Pendapa Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Klaten pada Senin (6/5/2024).

“Saat ini kasus demam berdarah khususnya di Kabupaten Klaten kian meningkat. Harapannya kasus DBB bisa ditekan sehingga tidak lagi menimbulkan korban jiwa," kata Bupati Sri Mulyani.

"Saya berpesan, maksimalkan pelayanan kesehatan dan jaga kebersihan lingkungan masing-masing. Untuk para tenaga kesehatan, semoga senantiasa sehat, berikan pelayanan terbaik, karena kalian ada garda terdepan dalam pelayanan kesehatan,” tambah dia. 

Menurutnya, kasus DBD di Kabupaten Klaten menjadi tertinggi nomor dua se-Jawa Tengah.

Sebab, pihaknya mencatat ada 400 lebih kasus positif DBD dan 22 orang di antaranya meninggal dunia. 

Oleh karena itu, Bupati Sri Mulyani meminta aparatur sipil negara (ASN) di Dinkes Klaten untuk maksimalkan penanganan DBD dan memasifkan sosialisasi terkait gejala penyakit tersebut.

"Kemarin gerakan yang sudah bagus bisa kita lanjutkan, mulai cara kerja cepat dan kerja cerdas saat menghadapi pandemi, dapat dipakai lagi untuk penanganan demam berdarah. Walaupun perlakuannya beda tetapi kerjasama, gotong royong, dan kekompakannya bisa dipakai untuk menurunkan atau menghilangkan demam berdarah," paparnya.

Termasuk memanfaatkan media sosial untuk melakukan sosialisasi secara masif.

Media sosial dinilai cukup efektif untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya dan gejala yang ditimbulkan DBD.

"Jangan sampai meninggal karena tidak tahu kalau itu demam berdarah. Maka perlu disosialisasikan, karena dulu demam berdarah biasanya saat musim hujan, tapi sekarang cuaca sudah tidak bisa diprediksi (atau jadi patokan)," ujarnya. 

Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto, memaparkan bahwa sebagian besar kasus kematian DBD terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat terkait gejala penyakit tersebut. Sehingga memunculkan respon yang kurang tepat.

Berdasarkan investigasi rumah sakit dan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama), lanjut Anggit, kebanyakan kasus terjadi bukan karena keterlambatan penanganan. Akan tetapi karena respon pasien yang kurang sesuai. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved