Human Interest Story

Cerita Ulfatun Nikmah, Anak Buruh Ukir Jepara yang Bisa Tuntaskan Studi Magister di FEB UGM

Ulfatun Nikmah (26) masih mengingat cemoohan tetangganya yang mengatakan apa bisa dia sekolah tinggi padahal ekonomi keluarga pas-pasan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Ulfatun Nikmah (26) wisudawan pascasarjana Prodi Magister Sains (MSi) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diwisuda Rabu (24/4/2024) di Grha Sabha Pramana 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Ulfatun Nikmah (26) masih mengingat cemoohan tetangganya yang mengatakan apa bisa dia sekolah tinggi padahal ekonomi keluarga pas-pasan.

“Iya, sejak kecil, saya sering dengar cibiran tetangga. Lha wong cuma anak tukang ukir, makan saja pakai kerupuk, apa kuat menyekolahkan anak apalagi sampai lulus perguruan tinggi? Bisa-bisa nanti putus di tengah jalan,” ujar Ulfatun.

Ulfatun Nikmah adalah wisudawan pascasarjana Prodi Magister Sains (MSi) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca juga: Ini Strategi Legislatif dan Eksekutif Kota Yogyakarta untuk Menarik Investor Masuk

Ia resmi menyandang gelar M.Si pada Rabu (24/4/2024) setelah diwisuda di Grha Sabha Pramana.

Perempuan asal Desa Wedelan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah itu tak mampu menahan bulir-bulir air mata ketika ia membacakan sambutan sebagai lulusan terbaik wakil wisudawan periode April 2024 ini.

Dia tegar, tapi air mata itu tetap menetes ketika dia menyebut nama orang tuanya yang berjasa mendukung kesuksesan studi hingga kini.

Ulfatun mampu menyelesaikan studi dari Prodi Magister Sains Akuntansi dalam waktu 1 tahun 10 bulan 24 hari dengan capaian IPK 3.89.

Sebagai anak yang lahir dan tumbuh dalam keluarga sederhana yang tinggal di Wedelan, sebuah desa kecil Kabupaten Jepara, bisa mengakses pendidikan hingga perguruan tinggi adalah sebuah kemewahan.

Terlebih, ayahnya, Muhlasin (54) menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai buruh ukir panggilan dengan penghasilan yang tidak menentu setiap bulannya.

Sementara sang ibu, Masruroh (48) merupakan ibu rumah tangga.

Rasa sedih saat dicemooh itu justru menjadi cambuk Ulfatun untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Dengan segenap tekad, dia berupaya mematahkan stigma-stigma anak kampung dengan kondisi perekonomian terbatas sulit untuk melanjutkan kuliah.

Perjalanan Ulfatun meraih mimpi tidaklah mudah. Saat akan melanjutkan kuliah ke jenjang sarjana ia mendapatkan pertentangan keras dari kedua orang tuanya.

Bukannya tidak mendukung Ulfatun untuk kuliah, tapi orang tuanya berkali-kali mengingatkan soal kondisi keluarga yang serba pas-pasan.

Situasi itu sangat sulit jika mereka harus membiayai kuliah. Belum lagi orang tuanya masih harus membiayai sekolah sang adik.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved